Page 61 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 61
44 | H a d i t s J i b r i l
dalam bahasa Jawa “Jawab Soalipun Mu‟taqad seket”,
hlm.18, sebagai berikut: “…Jadi amat jelas sekali, bahwa
Allah bukanlah (berupa) sifat benda (yakni sesuatu yang
mengikut pada benda atau „aradl), Karenanya Dia tidak
membutuhkan tempat (yakni Dia ada tanpa tempat),
sehingga dengan demikian tetap bagi-Nya sifat
Qiyamuhu bi nafsihi” (terjemahan dari bahasa jawa).
7. KH. Siradjuddin Abbas (W. 5 Agustus 1980/23
Ramadlan 1400 H). Beliau mengatakan dalam buku
“Kumpulan Soal-Jawab Keagamaan”, hal. 25: “…karena
Tuhan itu tidak bertempat di akhirat dan juga tidak di
langit, maha suci Tuhan akan mempunyai tempat duduk,
serupa manusia”.
8. Guru Abdul Hadi Isma‟il Cipinang Kebembem,
Jatinegara, Jakarta Timur dalam bukunya; “Tukilan
Ushuluddin Bagi Orang yang Baharu Belajar Pokok-
pokok Agama”, h. 6 mengatakan: “Bermula jalan tiada
bersemayamnya Allah ta‟ala pada Dzat-Nya ialah karena
Dzat Allah ta‟ala itu Qadim bukan jirm (benda) yang
mengambil lapang dan bukan jism yang dapat dibagi,
dan bukan jawhar fard yang menerima bandingan”.
9. Guru Muhammad Thahir Jam‟an, Muara Jatinegara
Jakarta Timur dalam bukunya “Tashfiyatul Janan Fi
Tahqiq Mas-alah „Aqa‟idil Iman (Mensucikan hati di
dalam menyatakan masalah aqa-idul Iman), hal. 15,
mengatakan: “(Soal) Apa sebab Allah ta‟al tiada
bersamaan bagi segala yang baharu pada Dzat-Nya?
(Jawab) Sebab Dzat Allah ta‟ala itu bukan jirm, dan
bukan jism dan bukan jawhar fard”.