Page 65 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 65
48 | H a d i t s J i b r i l
ْتصتخاْانمإوْ،ةهجْومضتْوأْويلإْراشيفْناكمْويويَْنأْنعْاسدقمو
ْنأْامكْةيعدلأاْةلبقْتلعجْانهلأْءاعدلاْدنعْاهيلإْيديلأاْعفربْءامسلا
ْلىاعتْللاْنإْلاقيْلاوْةلاصلاْفْاهلبقتسيْيلصمللْةلبقْتلعجْةبعكلا
ْ نامزْهديَْنأْنعْسدقتْامكْةبعكلاْةهجْف
“… dan Allah maha suci dari diliputi oleh tempat
sehingga bisa ditunjuk, Allah juga maha suci dari diliputi
oleh arah. Sedangkan tangan yang diangkat dan
diarahkan ke langit ketika berdoa dikarenakan langit
dijadikan sebagai kiblat doa sebagaimana Ka‟bah
dijadikan kiblat bagi orang yang shalat, ia menghadap
kepadanya di dalam shalat, dan tidak dikatakan bahwa
Allah ta‟ala ada di arah ka‟bah, sebagaimana Allah maha
suci dari dibatasi oleh waktu”.
17. KH. Muhammad Muhajirin Amsar ad-Dari, Bekasi,
dalam bukunya berjudul Ta‟liqat „Ala Matn al-Jawharah,
hal. 48-49 menuliskan:
ْتايفيكْنمْتايفيكبْيئرمللْفييكتْلابْىأْ)فيكْلابْنكل(ْولوق
ْىأْ)راصنَاْلاو(ْولوقْ،كلذْيَّغوْةهجوْزيتّوْةلباقمْنمْثداومحا
ْ لىاعتْويلعْةياهنلاوْدودمحاْةلاحتسلاْيئارلاْدنعْيئرملل
“Perkataannya (Syekh Ibrahim al-Laqqani) “Lakin Bila
Kayf” yakni tanpa menyipati Allah yang dilihat dengan
sifat-sifat makhluk seperti berhadap-hadapan,
menempati ruang, berada di suatu arah dan lain
sebagainya. Perkataan al-Laqqani “Wa La Inhishari”