Page 67 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 67
50 | H a d i t s J i b r i l
ْنكمتلاوْءىشْىلعْرارقتسلااْنعْاىزنمْلىاعتْونوكْكلذْنمْفرعو
ْ راطقلأاوْتاهلجاْنعْاسدقمْرادقهداوْةروصلاْنعْاىزنمْونوكوْويف
“Diketahui dari keterangan ini bahwa Allah ta‟ala maha
suci dari menetap atau bersemayam di atas sesuatu dan
bertempat di dalamnya, dan bahwa Allah maha suci dari
gambar dan ukuran, maha suci dari semua arah, penjuru
dan tempat”.
20. Prof. Dr. H. Mahmud Yunus dalam bukunya berjudul
“Tafsir Qur‟an Karim”, hal. 805, menuliskan sebagai
berikut: “Allah tidak bertempat, karena yang bertempat
itu ialah makhluk-Nya, sedangkan “Allah tidak serupa
dengan suatu apapun (QS. Asy-Syura: 11)”.
21. Syekh Mahmud Mukhtar Cirebon Jawa Barat dalam
bukunya berjudul “al-Muqaddimah / al-Mabadi‟ al-
Mahmudiyyah Fi al-Masa-il at-Tawhidiyyah”, hal. 4,
menuliskan sebagai berikut:
ْ مقيْلْوهفْراقتفاْكاذْدضو ْ** ْ * ابجوْدقْسفنلابْولْمايقْاذك
ْ ملظْلاوْرونْوأْليلْوأْمويْولأ ْ** ْ * نمزْوأْردافْناكبمْوأْلابِ
“Demikain pula sifat Qiyamuhu Bi Nafsihi tetap bagi-
Nya, dan mustahil lawan-nya yaitu iftiqar
(membutuhkan kepada mkhluk), maka Allah tidaklah
menempati tempat --ketahuilah-- atau masa, hari,
malam, terang, maupun kegelapan”.
22. Syekh Muhammad Thayyib ibn Mas‟ud al-Banjari, salah
seorang ulama alim di wilayah Banjarmasin, dalam kitab