Page 62 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 62

H a d i t s   J i b r i l  | 45

             10. KH.  Sa‟id  bin  Armia,  Giren,  Kaligayem,  Talang,  Tegal
                 Jawa  Tengah  dalam  bukunya  “Ta‟lim  al-Mubtadi-in  Fi
                 Aqa-ididdin”,  ad-  Dars  al  Awwal,  hal.  9,  dan  ad-Dars
                 ats-tsani,  hal.  28  mengatakan:  “Utawi  artine  sulaya  Allah
                 ing  ndalem  dzat-e  tegese  dzat-e  Allah  iku  dudu  jirim,  dzat-e
                 hawadits iku jirim” (Adapun arti Allah berbeda dari semua
                 perkara  yang  hadits  (makhluk)  pada  Dzat-Nya  artinya
                 Dzat  Allah  bukan jirm (benda) sedangkan dzat makhluk
                 adalah jirm)”.

             11. KH. Djauhari Zawawi, Kencong, Jember (W.1415 H/20
                 Juli  1994),  Pendiri  Pondok  Pesantren  as-Sunniyah,
                 Kencong,  Jember,  Jawa  Timur.  Beliau  menyatakan
                 dalam  risalahnya  yang  berbahasa  Jawa,  sebagai  berikut:
                 “…lan  mboten  dipun  wengku  dining  panggenan...”,  maknanya:
                 “…Dan (Allah) tidak diliputi oleh tempat…” (Lihat Risalah:
                 Tauhid al-„Arif fi Ilmi at-Tauhid,  hlm.3).

             12. KH.  Choer  Affandi  (W.1996),  pendiri  P.P.  Miftahul
                 Huda,  Manonjaya,  Tasikmalaya,  Jawa  Barat.  Beliau
                 menyatakan  dalam  risalahnya dengan bahasa Sunda yang
                 berjudul  “Pengajaran  „Aqaid  al  Iman”,  hal.  6-7  yang
                 maknanya:  “(Sifat  wajib)  yang  kelima  bagi  Allah  adalah
                 Qiyamuhu  binafsihi  –  Allah  ada  dengan  Dzat-Nya,
                 Tidak  membutuhkan  tempat  –  Dan  juga  tidak
                 membutuhkan  kepada  yang  menciptakan-Nya,  Dalil
                 yang  menunjukkan  atas  sifat  Qiyamuhu  binafsihi,
                 seandainya  Allah  membutuhkan  tempat  –Niscaya  Allah
                 merupakan  sifat  benda  („aradl),  Padahal  yang  demikian
                 itu  merupakan  hal yang mustahil –Dan seandainya Allah
                 membutuhkan  kepada  yang  menciptakan-Nya,  Niscaya
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67