Page 61 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 61
tidak mengeluarkan zakat atsmaan dari emas dan perak
saja. Demikian juga Rasulullah tidak menyebutkan zakat
atsmaan selain emas dan perak. Menurut mereka tidak
diperhitungkan bahwa mata uang tersebut berfungsi
seperti mata uang emas dan perak pada transaksi-
transaksi yang berlaku sekarang. Ketentuan ini berlaku
jika memang mata uang tersebut tidak diperdagangkan,
sedangkan jika diperdagangkan seperti dalam akad sharf
(pertukaran dengan mata uang asing) atau Bay' maal bi
maal (pertukaran mata uang sejenis seperti rupiah
dengan rupiah atau berbeda jenis) misalnya maka
berlaku padanya zakat tijarah.
Klaim sebagian orang bahwa jika zakat uang
ditiadakan akan hilang ighatsatul fuqara' (menyantuni
para fakir miskin) ini adalah klaim yang keliru. Karena
jika memang zakat tidak mencukupi kebutuhan para
fuqara', bisa dicukupi dari pintu-pintu selain zakat
seperti telah dijelaskan oleh syara'.
Sedangkan menurut imam Abu Hanifah (lihat
20
asy-Syaranbulaaliyyah ) mata uang selain emas dan
perak, baik diperdagangkan artinya menjadi komoditas
yang diperjualbelikan (sila' lit-tijarah) atau berlaku
sebagai alat tukar (Atsmaan Raa-ijah) saja wajib dizakati,
karena berlaku seperti mata uang emas dan perak.
20 Lihat Raddul Muhtaar 'ala ad-Durr al Mukhtar (2/32).
57