Page 95 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 95
(Janganlah kalian melarang para hamba Allah dari kaum
perempuan untuk mendatangi masjid-masjid, hanya saja
hendaklah mereka keluar dalam keadaan tidak memakai
wewangian). Hadits inipun dalam pengertian makruh tanzih
bila perempuan tersebut memakai wewangian menuju masjid.
Pengakuan sebagain orang bahwa an-Nasa’i
meriwayatkan:
... اويحر اودجيف ميقب ترمف
Dengan lafazh [اودجيف]; (…hingga kaum laki-laki medapatkan
wanginya…) adalah periwayatan yang tidak shahih. Riwayat
yang shahih adalah dengan lafazh [اودجِل]; (…dengan tujuan
agar kaum laki-laki mendapatkan wanginya).
Simak apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari
Muhammad ibn al-Munkadir, berkata: “Suatu saat Asma’
didatangi ‘Aisyah, sementara Zubair (suami Asma’) tidak ada di
rumah. Dan ketika Rasulullah masuk ia mendapati wewangian,
ia bersabda: “Tidak layak bagi seorang perempuan memakai
wewangain di saat suaminya tidak di rumah”. Hadits inipun
bukan untuk menunjukan keharaman, karena bila untuk tujuan
haram maka akan diterangkan langsung oleh nabi.
Ibnu Muflih al-Maqdisi al-Hanbali dalam karyanya al-
Adab as-Syar’iyyah berkata: “Haram bagi seorang perempuan
keluar rumah suaminya tanpa mendapatkan izin darinya,
kecuali karena dlarurat atau karena kewajian syari’at…”. Pada
akhir tulisan ia berkata: “…dan dimakruhkan bagi perempuan
memakai wewangain untuk hadir ke masjid atau ke tempat
lainnya”.
91