Page 91 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 91
63
At-Tirmidzi dalam bab tetang kemakruhan keluar perempuan
dengan memakai wewangian, juga dari hadits Abi Musa al-
‘Asy’ari dengan marfu’ kepada Rasulullah, ia bersabda:
اذكو اذك َوف سللمجاب ترمف ترطعتسا اذإ ةأرلماو ،ةِناز ينع لك
(Setiap [kebanyakan] mata melakukan zina, dan perempuan jika
ia memakai wewangian kemudian lewat di suatu majelis maka
ia yang begini dan begini). Artinya ia seorang pelaku zina.
Hadits terakhir di atas dalam pengertian umum (Muthlaq),
sementara hadits yang pertama dengan lafazh [اويحر اودجِل]
dalam pengertian yang dikhususkan (Muqayyad). Tujuan kedua
hadits adalah sama. Karena itu maka pengertian yang umum
(Mutlaq) harus dipahami dengan mengaitkannya dengan
pengertian yang khusus (Muqayyad), sebagai mana kaedah ini
telah menjadi keharusan dengan kesepakatan (Ijma’) mayoritas
ulama, supaya kita terhindar dari konfrontasi dengan
kesepakatan (Ijma’) mayoritas ulama tersebut. Karena itu tidak
ada seorangpun dari para ulama yang menyatakan haram secara
mutlak bagi seorang perempuan keluar rumah dengan memakai
wewangian. Pemahaman semacam ini sesuai dengan hadits
‘Aisyah yang diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunan-nya,
64
bahwa ia berkata : “Kita [Isteri-isteri nabi] keluar bersama nabi
menuju Mekah, dan kita melumuri wajah dengan misik wangi
untuk ihram. Jika salah seorang dari kami berkeringat, air
keringatnya mengalir di atas wajahnya [membentuk guratan-
63 Jami' at-Tirmidzi: Kitab al-Adab: Bab tentang makruhnya seorang
perempuan keluar dengan memakai minyak wangi.
64 Sunan Abi Dawud: Kitab al-Manasik.
87