Page 87 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 87
Jawab: Perihal ayat tersebut tidak menunjukan demikian. Al-
Qurthubi dalam tafsirnya berkata: “Allah memerintahkan
terhadap mereka [isteri-isteri nabi] untuk berkata-kata dengan
dengan perkataan yang fasih dan terang, tidak dengan kata-kata
yang menyebabkan adanya ikatan dalam hati dan kelembutan,
seperti halnya yang demikian itu umumnya terjadi pada kaum
perempuan arab saat mereka berbincang-bincang dengan kaum
laki-laki; yaitu dengan melembutkan suara seperti suara
perempuan yang sedang kebingungan (al-Muribat) dan yang
lemah gemulai (al-Mumisat), Allah melarang mereka dari hal
53
demikian ini” .
Dalam tafsir al-Bahr al-Muhith, pada firman Allah [ نعضتخ ٘ف
ليقلاب], Abu Hayyan berkata: “Ibnu ‘Abbas berkata: “Janganlah
kalian lemah gemulai dalam berbicara”. Al-Hasan berkata:
“Janganlah kalian berkata-kata dengan keburukan”. Al-Kalbi
berkata: “Janganlah kalian berkata-kata dengan cara yang
membangkitkan orang yang sedang dalam kebingungan”. Ibnu
Zaid berkata: “Merendahkan kata-kata adalah ucapan-ucapan
yang memasukan candaan dalam hati”. Dikatakan pula,
maksudnya “Janganlah kalian melemahkan tutur kata terhadap
kaum laki-laki”. Allah memerintahkan terhadap mereka [isteri-
isteri nabi] untuk berkata-kata baik, tidak dengan kata-kata yang
menyebabkan adanya ikatan dalam hati dan kelembutan, seperti
halnya yang demikian itu umumnya terjadi pada kaum
perempuan arab saat mereka berbincang-bincang dengan kaum
laki-laki; yaitu dengan melembutkan suara seperti suara
53 al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an (14/177)
83