Page 150 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 150

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 148

           meminta komentar dari Abu Hamzah dengan berkata: “Bagaimana
           pendapatmu wahai sufi?”      174 .
                  Dari  sini  kita  katakan  kepada  para  pembenci  tasawuf,
           siapakah yang kalian ikuti?! Apakah kalian bersama Ibn Taimiyah
           atau  bersama  Imam  Ahmad  Ibn  Hanbal?!  Atau  memang  kalian
           membawa  ajaran  dan  keyakinan  sendiri?!  Bahaya  apakah  bagi
           syari’at  Islam  dari  penamaan  tasawuf,  atau  menamakan  seorang
           yang  saleh  dengan  sufi?!  Ibn  Hibban  dalam  kitab  Shâhîh-nya  (al-
           Ihsân  Bi  Tartîb  Shâhîh  Ibn  Hibban)  banyak  mengambil  periwayatan
           haditsnya  dari  orang-orang  yang  dikenal  sebagai  kaum  sufi.
           Demikian  pula  Imam  Ahmad  dalam  Musnad-nya,  beberapa
           periwayatan  haditsnya  mengambil  dari  kaum  sufi.  Lalu  Imam  al-
           Baihaqi,  beliau  banyak  sekali  mengambil  periwayatan  haditsnya
           dari Abu ‘Ali ar-Raudzabari yang notabene seorang sufi terkemuka.
           Bahkan orang disebut terakhir ini adalah salah seorang pemuka dan
           pemimpin  kaum  sufi,  beliau  adalah  murid  dari  al-Junaid  al-
           Baghdadi.
                  Kemudian jika para pembenci tasawuf tersebut mengingkari
           istilah  “sufi”  atau  “tasawuf”  dari  segi  panamaan  belaka  karena
           dianggap tidak pernah ada sebelumnya (bid’ah), maka kita katakan
           kepada  mereka:  “Di  dalam  Islam  banyak  sekali  nama-nama  atau
           istilah-istilah yang dahulu tidak pernah ada, seperti istilah “Syaikh”
           bagi seorang yang alim, atau “Syaikh al-Islâm” atau apapun namanya
           yang  bahkan  kalian  sendiri  mempergunakannya.  Demikian  pula
           penamaan disiplin-disiplin ilmu, seperti Ilmu Sharaf, Ilmu Nahwu,
           Ilmu  Balghah,  Ilmu  Tafsir,  Ilmu  Hadits  dan  lainnya,  nama-nama
           tersebut adalah sesuatu yang tidak pernah dikenal sebelumnya”.



                 174  Lihat al-Qusyairi, ar-Risâlah…, h. 395
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155