Page 152 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 152

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 150

                  bagi  para  hamba-Nya  dan  siapakah  yang  megharamkan
                  kebikan-kebaikan dari rizki-Nya?!”. (QS. al-A’raf: 32)

           Ayat  ini  seringkali  dijadikan  dalil  oleh  mereka  untuk  menyerang
           kaum  sufi  yang  meninggalkan  kesenangan  dunia  tersebut.
           Pemahaman mereka terhadap ayat ini jelas salah kaprah dan sangat
           keliru.    Kita     harus     membedakan         antara     pemahaman
           “mengharamkan  sesuatu  yang  halal”  dan  “meninggalkan  sesuatu
           yang  halal”.  Para  ulama  sufi  sejati  tidak  seorangpun  dari  mereka
           yang  mengharamkan  sesuatu  yang  nyata  halal  di  dalam  syari’at.
           Namun  mereka  hanya  meninggalkan  kebanyakan  perkara-perkara
           halal,  untuk  tujuan  meneladani  apa  yang  telah  dicontohkan  para
           nabi,  karena  meninggalkan  kesenangan  dunia  akan  sangat
           membantu dalam meningkatkan ketakwaan kepada Allah, melatih
           kesabaran,  mendidik  sikap  ridla  dengan  segala  ketentuan  Allah,
           serta  banyak  faedah-faedah  lainnya.  Lebih  dari  cukup  bagi  kita
           sebagai  bukti  bahwa  meninggalkan  kesenangan  duniawi  adalah
           keteladanan yang telah contohkan oleh Rasulullah.
                  Imam Abu Nashr as-Sarraj dalam al-Luma’ membuat sebuah
           sub  judul  bantahan  terhadap  pendapat  yang  mengatakan  bahwa
           tasawuf  tidak  memiliki  landasan  al-Qur’an  dan  Sunnah.  Beliau
           menyebutkan  bahwa  dalam  al-Qur’an  dan  Hadits  banyak
           ditemukan  teks-teks  yang  dapat  dijadikan  dalil  bahwa  tasawuf
           memiliki  landasan  yang  sangat  kuat.  Dalam  al-Qur’an  disebutkan
           kata-kata seperti ash-Shadiqîn, al-Qânitîn, al-Khâsyi’în, al-Muqinîn, al-
           Mukhlishîn,  al-Khâ’ifîn,  al-Muhsinîn,  al-‘Abidin,  al-Sâ’ihîn,  al-Shâbirîn,
           al-Mutawakkilîn,  al-Mukhbitîn,  al-Muqarrabîn,  al-Abrâr,  al-Auliyâ’  dan
           lainnya. Kemudian dalam banyak hadits juga disebutkan beberapa
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157