Page 344 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 344

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 342

           mengatakan: “Fa Yanbaghî li al-‘Âqil…” atau dengan ungkapan “Fa
           Yanbaghî  li  al-‘Alî  al-Himmah…”.  Kemudian  kandungan  perintah-
           perintah  halus  tersebut  sangat  jelas  merujuk  kepada  unsur-unsur
           tasawuf. Simak di antara tulisan Ibn Arabi berikut ini:

                                                       ِ ِ
                                                                    ِ ِ ِ
                             ِ
                   ِ
                              ِ
                                    ِ
                   تثَدحمْلا ةفرعم فِ هرمع عَ طق ي لَّ نأ ةمْ لْا  ِ لِاعْ لا  ِ لقاعْ لل يغب ن يو
                                              ْ َ ْ
                                                              َ
                              َ
                                                                            ْ
                                                                     َ
                                                                           َ
                                      َُُ ُ َ َ
                                                                         ْ ََ
                                                        ّ
                               َْ
                     َ َ ْ ُ
                                                     ِ
                                                          ِ
                                                                        ِ ِ
                                                            ٌْ
                                                              َ ُُ ُ َ
                                                                  ْ َ َ ْ ََ
                                                      َّ ْ
                                                      336 .   هبر نم ظح هتوف ي ف اهليصاف تو َ
                  “…maka  hendaklah  bagi  seorang  yang  memiliki  cita-cita
                  yang  tinggi  tidak  menghabiskan  umurnya  hanya  untuk
                  mengetahui  perkara-perkara  yang  baharu  dan  rinciannya,
                  hingga  ia  terlewatkan  bagian  -pengetahuan-  tentang
                  Tuhannya…”.

                  Ibn Arabi juga menjelaskan bahwa yang sebut “’ Ârif -Billâh-”
           adalah bukan seorang yang telah mencapai “derajat tertinggi” pada
           akal dan pemikirannya, sementara ia mengabaikan sisi ruhani dan
           sisi  spiritualitasnya.  Sisi  spritual  jika  diabaikan  maka  ilmu-ilmu
           seakan tidak memiliki ruh, atau seakan hanya tulisan-tulisan di atas
           kertas  semata.  Sisi  ruhani  dan  spiritualitas  ini  tidak  akan  terisi
           dengan  hanya  mementingkan  akal  dan  pikiran  saja.  Ia  lebih  erat
           kaitannya dengan urusan hati, maka cara untuk mengisinya adalah
           dengan  menapaki  jalan-jalan  yang  terkait  dengan  hati  itu  sendiri,
           seperti dengan melakukan riyâdlah, mujâhadah, khlawah dan lainnya.
           Benar, sebelum masuk untuk mengolah diri dalam wilayah spritual
           ini  seseorang  berkewajiban  membekali  diri  dengan  ilmu-ilmu  dan
           ketentuan-ketentuan syari’at.

                 336  Ibid.
   339   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349