Page 346 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 346

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 344

           al-Jalâlah  “Allah”  ini  adalah  nama  yang  mencakup  seluruh  nama-
           nama  dan  sifat-sifat  Allah.  Karenanya  ketika  lafzh  al-Jalâlah  ini
           diucapkan maka seluruh nama dan sifat-sifat Allah telah tercakup di
           dalamnya.  Dan  karena  inilah  lafzh  al-jalâlah  “Allah”  ini  disebut
           dengan “Ism Jâmi’”.
                  Selanjutnya  dalam  pembahasan  pentingnya  usaha  untuk
           mencapai derajat sejati dan paripurna di antara tingkatan maqâmât,
           Ibn  Arabi  sekali  lagi  menegaskan  keharusan  bagi  seorang  yang
           berakal  untuk  mendahulukan  hal-hal  pokok.  Yang  dimaksud  Ibn
           Arabi  dalam  hal  ini  adalah  hal-hal  yang  terkait  dengan  persiapan
           dan  bekal  bagi  kehidupan  akhirat.  Tentang  hal  ini  Ibn  Arabi
           menuliskan:

                                                                    ِ ِ ِ
                                                       ِ
                        ِ ِ ِ             ِ       لَّإ هنم َ ذخْيَ لَّ نأ  ِ لقاعْ لل يغب ن ي ف
                          هيَ لإ ةيرورَّ ضلا ةجاْ لحا تسم ام
                                                                            ْ َ
                     .    338  ْ َُّ  ُْ  ُ َ َ  َّ  َ َ  ّ  ُ ْ ُ َ  َ ْ  َ  ْ  َ َ
                  “…maka  hendaklah  bagi  seorang  yang  berakal  untuk  tidak
                  mengambil  dari  ilmu  -tersebut-  kecuali  sesuatu  yang
                  dibutuhkan secara mendasar kepadanya”.

           Terkait  dengan  hal  ini,  Ibn  Arabi  memandang  ada  dua  hal  pokok
           yang harus diraih dalam rangka mempersiapkan bekal di atas.
                  Pertama; Mengetahui Allah (al-‘Ilm Billâh).
                  Kedua;  mengetahui  peristiwa-peristiwa  kehidupan  akhirat
           dan segala hal yang terkait dengan kehidupan akhirat itu sendiri (al-
           ‘Ilm  Bi  Mawâthin  al-Âkhirah).  Kemudian  Ibn  Arabi  menegaskan
           bahwa  bagi  seorang  yang  berakal  hendaklah  mengambil  di  antara
           jalan-jalan  untuk  meraih  hakekat  dari  dua  hal  pokok  tersebut,  di



                 338  Ibid, h. 18
   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350   351