Page 349 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 349

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 347

                 asing,  sementara  pembicaraan  dengan  lemah  lembut  akan
                 membuatnya sejuk dan jinak.
                        Ketahuilah  wahai  anakku,  -semoga  Allah  memberi
                 taufiq  kepadamu,  kepadaku  dan  kepada  seluruh  kaum
                 muslimin-, bahwa tasawuf dibangun di atas delapan perkara.
                 Pertama;  sikap  dermawan  (as-Sakhâ’),  kedua;  ridla  (ar-Ridlâ),
                 ketiga; sabar (ash-Shabr); keempat; isyarat  (al-Isyârah), kelima;
                                                         340
                 mengasingkan diri (al-Ghurbah), keenam; memakai kain wol
                                                                             341
                 (Labs ash-Shûf), ketujuh; selalu berjalan (as-Siyâhah), kedelapan;
                 kefakiran  (al-Faqr).  Sifat  as-Sakhâ’  adalah  milik  nabi  Ibrahim,
                 sifat  ar-Ridlâ  adalah  milik  nabi  Ishaq,  sifat  ash-Shabr  adalah
                 milik  nabi  Ayub,  al-Isyârah  adalah  milik  nabi  Zakariyya,  al-
                 Ghurbah  adalah  milik  nabi  Yusuf,  Labs  ash-Shûf  adalah  milik
                 nabi Yahya, as-Siyâhah adalah milik nabi ‘Isa dan sifat al-Faqr
                 adalah  milik  nabi  Muhammad  –atas  mereka  semua  segala
                 shalawat, salam dan segala kemuliaan serta keagungan-.



                 340   Ungkapan  dari  selalu  berdiam  diri  (al-Shamt)  artinya  tidak  banyak
           berbicara kecuali dalam sesuatu yang hak. Lihat al-Qusyairi, dalam ar-Risâlah al-
           Qusyairiyyah  dalam  penjelasan  tentang  maqâmât-maqâmât,  tahqiq  Ma’ruf    Zuraiq
           dan ‘Ali Abd al-Hamid, Bairut: Dar al-Khair, h. 119-124
                 341  Lebih jelas tentang istilah tasawuf lihat pada bab satu. Penisbatan istilah
           tasawuf kepada ash-Shûf (kain wol kasar) karena umumnya kaum sufi memakai
           pakaian semacam ini dapat diterima. Karena dalam bahasa Arab bila dikatakan
           “Tashawwafa”  artinya  “Labisa  ash-Shûf”,  seperti  bila  dikatakan  “Taqammashâ”
           artinya  “Labisa al-Qamîsh”.  Lihat al-Qusyairi.  Ibid, h.279. Hanya saja yang dituju
           dari  ungkapan  ini  adalah  nilai  filosofisnya.  Sebagaimana  pernyataan  as-
           Suhrawardi  bahwa  yang  dimaksud  adalah  gaya  hidup  mereka  yang  selalu
           terkonsentrasi  dalam  peningkatan  ruhani,  tidak  terpengaruh  dengan  kehidupan
           dunia,  mereka  mencampakan  jiwa-jiwanya  dalam  medan  al-Khumûl,  al-Tawadlu’
           dan al-Inkisar. Dan karena itulah umumnya kaum sufi memakai pakaian Shûf atau
           kain wol yang kasar ini. Lihat at-Tasyarruf Bi Dzikr Ahl al-Tashawwuf,  h. 21-23
   344   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354