Page 100 - Ayo-Kita-Tahlil-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-128-Hal
P. 100
Ayo Kita Tahlil !! | 89
Salah seorang ulama Madzhab Hanbali, asy-Syaikh
asy-Syaththi al-Hanbali dalam komentarnya atas kitab Ghayah
al-Muntaha, hlm. 260 mengatakan: “Dalam al-Furu‟ dan Tash-
hih al-Furu‟ dinyatakan: Tidak dimakruhkan membaca al-
Qur‟an di atas kuburan dan di areal pekuburan. Inilah
pendapat yang ditegaskan oleh Al-Imam Ahmad, dan inilah
pendapat madzhab Hanbali. Kemudian ada sebagian
menyatakan hal itu mubah, dan sebagian lain mengatakan
mustahabb (sunnah). Demikian juga disebutkan dalam al-
Iqna‟”.
Dengan demikian masalah ini dapat dibagi menjadi
tiga permasalahan:
1. Membaca al-Qur‟an untuk mayit di dekat kuburan
mayit itu sendiri. Ini disepakati oleh para ulama
bahwa pahalanya akan sampai kepada mayit dan
mayit mengambil manfaat dari bacaan al-Qur‟an
tersebut.
2. Membaca al-Qur‟an untuk mayit jauh dari
kuburnya, seperti di rumah, di masjid, di mushalla
atau di mana-pun, lalu diakhiri dengan doa Ii-shal
(doa agar disampaikan pahala bacaan kepada
mayyit), maka ini disepakati juga akan sampai
pahalanya kepada mayit.
3. Membaca al-Qur‟an untuk mayit jauh dari kuburnya
dan tidak ditutup dengan doa Ii-shal, masalah ini
diperselisihkan oleh para ulama. Menurut tiga al-
Imam; al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik dan al-
Imam Ahmad ibn Hanbal serta mayoritas para
ulama Salaf, pahalanya akan sampai ke mayit,
meskipun hanya dengan diniatkan sebelum atau