Page 105 - Ayo-Kita-Tahlil-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-128-Hal
P. 105
94 | Ayo Kita Tahlil !!
Ahlussunnah yang juga dikenal dengan nama Risalah al-
„Akidah ath-Thahawiyyah, menyebutkan secara tegas:
ِِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
تاومَلأل ةعفػنم مماقدصو ءايحَلأا ءاَد فيو
ََ
َ ْ
َ َ َْ
َ
َُ َ
ْ
ٌ ََْ ْ
“Dalam doa dan sedekah orang yang masih hidup
terdapat manfaat bagi orang-orang yang sudah
meninggal”.
Kerancuan Kalangan Yang Mengharamkan Membaca
Al-Qur’an Untuk Mayit
1. Kalangan yang mengharamkan membaca al-Qur‟an
untuk mayit biasa berkata: “Bukankah Rasulullah dalam
hadits riwayat Ibn Hibban dan lainnya telah bersabda:
ٍ
ِ
ٍ
ٍ
ِ
ِ
ِ
ةيراج ةقدص : ثلَث نم َّ لإ وُ لمَ عَ طقػنا فاسنلإا تام اذإ ِ
َ
َ
َْ ُ ْ
ََ
َ َ
ُ َ َ َ
َ َ
َ
ْ
َ
ِ
ِ
ٍ
ِ
ِ
ٍ
)فابح نبا هاور( وَ ل وَدي ٍحلاص دَ لو وَأ وب عفػتنػي مْ لَ وَأ
ُ ْ
ََُْ
ُ ْ َ
ّ
ُ
َ
ْ
َ ْ
Ini artinya jika seseorang meninggal tidak ada yang
akan bermanfaat baginya kecuali tiga hal yang
disebutkan dalam hadits ini. Yaitu sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfa‟at, dan anaknya yang saleh yang
mendoakannya. Oleh karena bacaan al-Qur‟an oleh
orang lain untuk mayit tidak termasuk dalam kategori
tiga perkara ini, maka berarti tidak akan bermanfaat
bagi mayit”.
Jawab:
Makna hadits tersebut adalah bahwa orang yang
telah meninggal dunia maka amalnya terhenti, artinya
dia tidak bisa beramal lagi. Ia tidak bisa lagi melakukan