Page 77 - Flipbook Bu Ernawati Kearifan Lokal Mandar
P. 77
Warga mengurungkan amarahnya dan membatalkan maksudnya
untuk membunuh Ka'useng. Dalam keadaan tersungkur Ka’useng
ditopang oleh ibunya
Puang : “Ka'useng anakku apa yang terjadi? Di tanganmu
Cazdia keris berlumur darah (dengan penuh rasa cemas).
Ka'useng : “Aku terbawa emosi dan tak sadar
melakukannya”.
Puang : “Apakah engkau telah membunuh”?
Cazdia
Ka'useng mengangguk dan ibunya semakin cemas.
Puang : “Ka'useng... KA'ueng! Puang... Puang… ”!
Cazdia
Puang Gamma datang dengan tergopoh-gopoh.
Puang : ”Ada apa memanggil-manggil seperti itu haah?
Gamma Orang lagi istirahat diganggu”!
Puang : “Lihat itu...! Anak kita telah jadi pembunuh dia
Cazdia telah mencoreng arang di muka kita. (sambil
menunjuk anaknya mendekati Puang Gamma).
Puang : “Engkau telah membunuh kauseng, (mendekati
Gamma Ka’useng) kenapa engkau lakukan itu? Untung
engkau bisa selamat sampai disini”
Ka'useng : “Tolong selamatkan aku Puang”! (Bersimpuh di
kaki ayahnya)
Puang : “Engkau telah terselamatkan oleh hukum adat
Gamma jadi tak perlu engkau takut. (Puang Gamma
menghadap kepada warga) kalian pulanglah
persoalan selanjutnya akan ditangani oleh
pemangku adat”.
Warga meninggalkan tempat. Sementara Puang Gamma dan
Puang Cazdia (kedua orang tua Ka’useng) mendiskusikan masalah
hukuman yang akan dijatuhkan kepada Ka’useng.
70 | Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar