Page 47 - Buku Digital_Julika Supriani (2006101020054)
P. 47

Penyelesaian  masalah  Terusan  Suez  dari  Sekjen

        PBB  diterima  baik  oleh  Mesir.  Namun,  Mesir  tetap


        menolak  hasil-hasil  Konferensi  London.  Inggris  dan

        Prancis memandang bahwa Mesir secara sepihak telah

        melakukan pelanggaran internasional. Oleh karena itu,


        Inggris  dan  Prancis  secara  bersamaan  menyerang

        wilayah  Mesir.  Serangan  gabungan  itu  berhasil


        menduduki  daerah  sepanjang  Terusan  Suez  dan  Port

        Said. Israel juga ikut melibatkan diri menyerang Mesir


        dan berhasil menduduki wilayah Gurun Sinai.






               Akibat  serangan  gabungan  tersebut,  Rusia,

        Hongaria,  dan  sekutunya  bersiap  membantu  Mesir.


        indakan  itu  tentu  saja  memancing  Amerika  Serikat

        untuk  melibatkan  diri  dalam  masalah  Terusan  Suez


        dengan  membantu  sekutunya,  Inggris  dan  Prancis.

        Perang  terbuka  akibat  tindakan  Gamal  Abdul  Nasser


        dalam  menasionalisasi  Terusan  Suez  menimbulkan

        krisis  internasional  yang  disebut  Krisis  Suez.  Krisis


        Suez mendapat reaksi internasional dari negara-negara

        yang anti terhadap imperialisme dan kolonialisme. PBB


        segera menggelar sidang umum untuk membahas Krisis

        Suez. Atas usul Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B.

        Pearson,  Dewan  Keamanan  PBB  harus  segera


        membentuk  pasukan  penjaga  perdamaian  di  Mesir.

        Pasukan  PBB  itu  nantinya  akan  ditempatkan  di


        sepanjang  perbatasan  Mesir–Israel.  Pasukan  penjaga

        perdamaian PBB itu disebut United Nations Emergency


        Forces (UNEF).






               Bangsa  Indonesia  yang  sesuai  dengan  Pembukaan

        UUD  1945  harus  ikut  berperan  dalam  menciptakan
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52