Page 14 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 14

ditempuh  dalam  waktu  setengah  hari,  berjalan  kaki.  Di  Ponjong  baru  ada
        poliklinik  dengan  tenaga  kesehatan  seorang  perawat  yang  disebut  mantri,
        setelah aku bersekolah SMP.
        Selain  mengobati  penyakit-penyakit  fisik,  kadang  bapak  juga  diminta
        mengobati  mereka  yang  konon  diganggu  oleh  makhluk  halus  misalnya
        kesambet  atau  kesurupan,  yang  sering  menimpa  warga  yang  sebenarnya
        sedang gundah. Bisa dimaklum, kepercayaan seperti itu masih sangat kental di
        desa yang terpencil. Konon bapak mempunyai kemampuan itu karena pernah
        belajar ilmu kebatinan. Karena itu, bapak juga dikenal sebagai “mbah dukun”.


        Di waktu senggang, biasanya setelah waktu isya, saat tidak sibuk karena musim
        tanam atau musim panen sudah usai, bapak kadang mengumpulkan kami untuk
        mendengarkan  petuah  dan  ceritanya.  Di  malam  yang  hening,  dengan
        penerangan  lampu  senthir  yang  temaram,  beliau  menceriterakan  berbagai
        pengalaman  yang  telah  dilaluinya.  Beliau    berharap  anak-anaknya  dapat
        mengambil pelajaran dari pengalamannya itu. Cerita beliau mencakup berbagai
        hal,  mulai  dari  masalah  pertanian,  kehidupan  sosial  masyarakat,  tatakrama,
        pendidikan, agama, sejarah, bahkan kadang menyinggung politik pemerintahan.
        Sembari  bercerita  itu  beliau  menyelipkan  petuah-petuah  untuk  kami.  Beliau
        berharap anak-anaknya bisa hidup bahagia dan sejahtera, tidak harus menjadi
        petani.

        Waktu remaja beliau beruntung memperoleh kesempatan belajar di sekolah
        formal, di Hollandsch Inlandsche School (HIS), sekolah dasar Belanda untuk
        pribumi,  karena  bapak  anak  lurah  dan  disiapkan  untuk  menjadi  lurah.  Tidak
        semua  anak,  apalagi  anak  desa,  bisa  bersekolah  di  HIS.  Anak-anak  pada
        umumnya  hanya  bisa  bersekolah  di  “sekolah  ongko  loro”.  Konon  bahkan
        bapak  sudah  dipersiapkan  untuk  masuk  MULO,  tetapi  keburu  mbah
        Mentodikromo  wafat,  sehingga  batal.  Meer  Uitgebreid  Lager  Onderwijs
        (MULO), artinya “Pendidikan dasar yang lebih luas”, adalah sekolah lanjutan
        setelah  HIS,  setingkat  dengan  SMP  sekarang.  Persyaratan  untuk  bisa
        bersekolah di MULO, tentu lebih ketat lagi, selain lulusan HIS, juga harus anak
        orang  terkenal, anak pejabat, anak orang kaya atau anak priyayi. Beliau juga
        pernah  belajar  agama  di  pesantren,  serta  pengalamannya  menjabat  sebagai
        lurah membuat bapak bisa bercerita tentang banyak hal.
        Bapak  sangat  menguasai  masalah  bercocok  tanam,  sehingga  pengetahuannya
        dijadikan rujukan oleh para tetangga. Dengan memperhatikan perubahan posisi
        bintang  “gubug  penceng”  atau  bintang  “luku”,  misalnya,  bapak  bisa
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19