Page 8 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901_tanpa tambahan-1-1-98
P. 8
Di desa inilah aku lahir, tumbuh dan dibesarkan hingga aku beranjak dewasa.
Aku menjalani segala kegiatan bersama keluarga, sanak saudara dan teman-
teman, sehingga membentuk kepribadianku yang terus dibawa sepanjang
hidup. Masa-masa kecilku di desa sungguh tidak dapat dilupakan, sebagaimana
lirik lagu “Desaku” gubahan L. Manik, yang waktu itu selalu dilombakan antar-
SR.
Begini liriknya,
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, tak mudah bercerai
Selalu kurindukan, desaku yang permai
Di desa, Bapak dikenal sebagai petani yang memiliki lahan cukup, ada sawah
dan ada ladang. Lahan Bapak diperoleh dari warisan, mendapat tanah bengkok
maupun hasil pembelian. Maklum bapak adalah mantan lurah, anak seorang
lurah, dan menantu lurah. Dari hasil sawah dan ladang inilah kami, aku dan
kakak-kakakku, dibesarkan. Walau cara bertani Bapak masih tradisional tetapi
hasil pertanian ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, termasuk
membiayai sekolah kami, apabila tidak mengalami puso. Puso artinya gagal
panen akibat kekeringan, kebanjiran atau terserang hama. Oleh karena itu,
Bapak cukup terpandang di desa.
Namun sayang yang bisa melanjutkan sekolah sampai dengan tingkat tinggi
hanya aku. Kakak-kakakku putus sekolah, hanya sampai lulus SMP, karena
terkendala oleh umur. Maklum kakak-kakakku terlahir pada zaman kolonial,
yang sangat membatasi anak-anak desa untuk bisa mendapatkan pendidikan
formal secara berjenjang dan berlanjut, sehingga kakak-kakakku terlambat
masuk sekolah, dan keburu dewasa.
Hasil utama dari ladang bapak adalah singkong, yang kemudian dikeringkan
menjadi gaplek. Gaplek adalah bahan makanan pokok penduduk desaku,
setelah diolah menjadi thiwul. Selain singkong, dari ladang diperoleh juga hasil
tambahan, sebagai tanaman tumpangsari, tanaman palawija, yaitu antara lain
jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan berbagai macam sayur-mayur. Biasanya
ladang hanya ditanami dua kali dalam setahun, di awal musim hujan dan
pancaroba atau mareng. Selebihnya, ladang dibiarkan kering, menunggu sampai
musim penghujan berikutnya. Sedangkan sawah, terutama yang mendapatkan
air dari saluran irigasi, dapat ditanami dua atau tiga kali setahun, tergantung

