Page 54 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 54
berbeda pandangan atau ideologi. Pada waktu itu, rasanya siswa-
siswa SMP sudah mulai belajar politik praktis.
Suasana politik di masyarakat pada waktu itu memang memanas.
Terjadi fraksi antaranggota Parpol. Slogan NASAKOM (NASional,
Agama, KOMunis) yang digagas Presiden Soekarno atas dorongan
PKI untuk menyatukan pandangan ideologi, tidak diterima oleh
Parpol yang berideologi agama, terutama Partai Islam.
Di kelas 2, sudah ada penjurusan, yaitu jurusan “A” dengan
pengutamaan mata pelajaran bahasa dan pengetahuan sosial,
jurusan “B” dengan pengutamaan pelajaran matematika dan
pengetahuan alam. Aku masuk ke jurusan B. Ada 8 mata pelajaran
utama di jurusan B, yang hingga kelas 3 mata pelajaran itu tidak
berubah. Mata pelajaran itulah yang diujikan pada ujian akhir,
terdiri dari Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu Bumi, Ilmu Hayat, Ilmu Alam,
Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Situasi sekolah saat itu semakin dinamis sejalan dengan mulai
hiruk pikuknya kehidupan politik di masyarakat. Perintah Presiden
pada Desember 1961 tentang “TRIKORA” (TRI KOmando
RAkyat) untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda sampai
juga ke sekolahku. Majalah dinding didominasi dengan berita-
berita heroik dari guntingan surat kabar serta gambar-gambar
komik yang dibuat oleh para siswa. Lagu-lagu perjuangan semakin
digalakkan, lagu-lagu daerah diperkenalkan dan dinyanyikan,
seperti lagu “Bunga Jeumpa” dari Aceh, “Kampuang nan jauh
dimato” dari Sumatera Barat, “Cing cangkeuling” dari Jawa Barat,
“Anging mamiri” dari Sulawesi Selatan, “Rambe yamko” dari Irian
dan lainnya, serta kurikulum ditambah dengan mata pelajaran
CIVIC.
Isi dari Trikora itu adalah sebagai berikut,
1, Gagalkan pembentukan negara Papua bentukan Belanda.
2, Kibarkan sang merah putih diseluruh wilayah Irian Barat.
3, Siap mobilisasi bagi seluruh rakyat Indonesia.

