Page 57 - Kisah perjalanan SUPARDI 2901-1-123
P. 57
setidaknya ke STM. Atas dorongan kakak-kakak, aku sampaikan
keinginan itu kepada bapak. Akhirnya bapak setuju dengan pesan
ke SMA Negeri agar biayanya murah karena biaya yang
ditanggung bukan hanya biaya sekolah tetapi juga biaya hidup
dikota.
Di Gunungkidul belum ada SMA Negeri, maka aku mendaftarkan
diri ke SMAN di Jogjakarta. Waktu itu di Jogja ada 6 SMAN,
tetapi pendaftarannya dipusatkan, di Kantor Dinas. Keenam
SMAN itu adalah SMAN 1/Teladan di Kuncen, SMAN 2 di
Tegalrejo, SMAN 3 di Kotabaru, SMAN 4 di Terban, SMAN 5 di
Kotagede, dan SMAN 6 di Klitren. Panitia yang menentukan, siapa
dan dimana para calon siswa akan diterima. Sebagai cadangan aku
juga mendaftar ke STM di Jetis dan STMA di Umbulharjo.
Dari obrolan teman-teman waktu mendaftar, mereka mengharap
bisa diterima di SMAN 1/Teladan atau SMAN 3, sekolah negeri
favorit waktu itu. Hal tersebut disebabkan konon katanya lulusan
dari kedua sekolah itu dapat dengan mudah diterima di Perguruan
Tinggi Negeri. Mereka yang anak-anak orang kaya dan beragama
nonislam apabila tidak diterima di kedua SMAN tersebut memilih
untuk masuk ke SMA Swasta favorit, yaitu “Colege de Brito”
untuk anak laki atau “Stella Duce” untuk anak perempuan.
Setelah diumumkan, ternyata aku diterima di SMAN 1/Teladan,
satu di antara sekolah negeri favorit itu. Rupanya SMAN Teladan
hanya menerima lulusan SMP yang bernilai tinggi, terutama bagi
kami orang kebanyakan, apalagi anak desa.
Gambar no 04. Foto aku SMA,
Gamba tugu Jogja, Gedung SMA Teladan.
Bersama teman SMA.
Bersekolah di SMAN 1/Teladan Yogyakarta.

