Page 93 - SEMANTIK
P. 93
yang menjijikkan. Misalnya air kencing dan tai. Untuk
berbicara secara sopan, kata-kata ini perlu diganti dengan
berbagai kata atau ungkapan lain. Dalam bahasa Indonesia,
sekarang ini ada sejumlah kata yang digunakan sebagai bentuk
eufemisme kata- kata tersebut, seperti air seni, urine, air
kecil, pipis (diucapkan oleh anak-anak), air besar serta tinja,
dan feaces (dalam ilmu kedokteran). Nama-nama tempat
pembuangan benda-benda di atas juga memiliki bentuk
eufemisme. Misalnya jamban, kamar kecil, kamar belakang,
lavatory, dan toilet sering digunakan untuk menggantikan
bentuk tabunya wc dan kakus.
Benda-benda yang dihasilkan oleh aktivitas yang tidak
legal atau halal, seperti uang sogok, dan uang suap memiliki
beberapa bentuk eufemistis, seperti uang semir, uang rokok,
uang bensin, pelicin, dsb.
Nama-nama binatang, seperti anjing, kambing,
dan kucing harus diganti dengan bentuk tiruan bunyi
(onomatope)-nya, yakni guguk, embek, dan pus oleh orang
tua sebagai sarana pendidikan di dalam berbicara dengan
putra-putrinya yang masih kecil. Dalam pada itu, putra-putri
mereka juga harus melakukan hal yang serupa.
Di dalam masyarakat Melayu, terdapat berbagai
cara untuk menghindari penyebutan langsung nama-nama
binatang tertentu karena penyebutan yang seperti itu
dipercaya akan dapat mendatangkan malapetaka. Untuk
memperoleh rasa tentram, masyarakat bersangkutan
memakai bentuk eufemisme, seperti ular diganti akar dan
harimau diganti nenek atau datuk. Di dalam masyarakat
Bali, kata tikus harus diganti dengan Jero Ketut, sedangkan
di masyarakat Jawa kata ini diganti dengan Den Bagus.
SEMANTIK
82 Teori dan Analisis