Page 125 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 125

Abu Hanifah setelah
                                                                                                             dilantik sebagai
                                                                                                             Datuk Maharajo
                                                                                                             Emas. Abu Hanifah
                                                                                                             berdiri ketiga dari
                                                                                                             kiri
                                                                                                             (Sumber: Repro
 Selama menjalani masa pendidikan semua murid STOVIA diasramakan. Setiap murid diatur penempatan             Buku Prof. Dr.
                                                                                                             Abu Hanifah Dt,
 kamarnya sejak tahun pertama sampai dengan kelulusan. Ada semacam rotasi berkala dalam hal kamar,           ME: Karya dan
 sehingga para murid pernah merasakan tidur di kamar yang berada di ruang A, B, C, dan D. Ada                Pengabdiannya)
 aturan dan pengawas yang mengawasi pelaksanaan tata tertib di asrama, yang dinilai ketat oleh para
 murid STOVIA. Tujuan pengawasan tiada lain agar para murid tidak melakukan hal-hal yang dapat
 mengganggu kelancaran dan ketepatan waktu belajar di sekolah kedokteran tersebut.

 Walaupun demikian tidak berarti semua murid menaati semua aturan. Ada saja di antara mereka
 yang melanggar dengan berbagai alasan dan cara, misalnya banyak murid yang “membongkar” genteng
 kamar kecil atau toilet agar dapat keluar asrama untuk membeli makanan atau kopi yang tidak dapat
 diperoleh di asrama atau di luar jam makan. Abu Hanifah merupakan salah seorang siswa yang juga
 pernah melakukan kenakalan demikian. Yang masih di kenangnya sampai ia menjadi seorang dokter dan
 politisi adalah sewaktu menerobos ke luar asrama hanya sekedar membeli kopi ekstra dari Bang Amat
 dan tahu Long yang mangkal di daerah Senen.
 Di STOVIA terdapat beberapa organisasi sekolah yang sedikit banyak memberi kebebasan kepada
 para murid untuk berekspresi atau menyalurkan bakat. Ada beberapa perkumpulan di sekolah yang   Setamat dari STOVIA Abu Hanifah kembali ke kampung halamannya. Selain untuk melepas rindu
 dibentuk dan diurus oleh para murid STOVIA, misalnya perkumpulan senam dan anggar, perkumpulan   terhadap kampung halamannya, ia juga mau minta doa restu kedua orang tuanya untuk tugasnya
 sepak bola, perkumpulan tenis, perkumpulan musik, perkumpulan tari Jawa, perkumpulan catur   sebagai  dokter  yang  baru  diterimanya,  serta  mau  minta  pertimbangan  tentang  niatnya  untuk
 dan  dam,  perkumpulan  pencak  Sumatera,  dan  perkumpulan  musik  Hawaii.  Dari  sekian  banyak   berumah tangga.
 perkumpulan  itu  beberapa  di  antara  menjadi  tempat  Abu  Hanifah  mengembangkan  hobi,  yakni   Abu Hanifah tidak lama tinggal di kampung halaman karena harus segera pergi ke Medan untuk
 sepak  bola  (perkumpulan sepak bola),  musik (perkumpulan  musik), dan pencak  Sumatera. Salah   bekerja sebagai asisten Prof. Heineman di Rumah Sakit Tanjung Morawa, Medan (1932–1934). Ia
 satu alat musik yang menjadi favoritnya dan sering dimainkannya dalam latihan bersama adalah   cukup beruntung menjadi asisten Prof. Heineman dalam bidang penyakit dalam dan kandungan.
 biola. Ia mempunyai biola warisan dari ayahnya. Hobi lain yang sering dilakukan oleh Abu Hanifah   Perkenalan dengan Prof. Heineman ini merupakan keberuntungan tersendiri bagi Abu Hanifah, karena
 adalah menulis, melukis, dan memancing. Kegiatan ekstra kurikuler seperti inilah yang mengantarnya   Prof. Heineman-lah  yang memungkinkan  dirinya  dapat mengikuti  pendidikan  ke jenjang yang
 berkenalan dengan murid-murid lain yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda adat istiadat   lebih tinggi tanpa harus kehilangan pekerjaan. Ia dapat melanjutkan pendidikan di Geneeskundige
 dengan kampungnya. Dari sekian banyak temannya, beberapa di antaranya menjadi tokoh terkenal,   Hogeschool, Jakarta (Batavia).
 baik pada masa pergerakan nasional maupun pada masa sesudahnya, antara lain Sutomo, Cipto
 Mangunkusumo, Gunawan, dan Bahder Djohan.
               KEPALA RUMAH TANGGA YANG BAIK
 Pada tahun terakhir masa pendidikannya di STOVIA Abu Hanifah memutuskan keluar asrama. Ia
 memilih tinggal di Indonesische Clubgebaouw (IC), sebuah asrama atau tempat kontrakan di daerah   Seperti telah disinggung di atas, setelah selesai pendidikan di STOVIA pada tahun 1932 Abu
 Jalan Kramat Raya, yang menjadi tempat favorit para aktivis pelajar kaum pribumi. Dari nama   Hanifah pulang ke kampungnya di Padang Panjang dengan tujuan meminta pertimbangan sekaligus
 gedungnya, IC, sudah menyiratkan warna politis para pelajar yang menjadi penghuninya. Tentu   izin dari orang tuanya untuk menikah. Ia merasa lega karena, seperti yang diharapkan, kedua orang
 bukan sekadar kaum pribumi semata, apalagi orang Belanda, melainkan hanya kaum pribumi yang   tuanya menyetujui. Oleh karena itu pada tahun itu juga, tepatnya pada tanggal 19 Oktober 1932,
 berani mengaku diri sebagai orang Indonesia (pada masa itu pengakuan demikian mengandung   ia melangsungkan perkawinan dengan buah hatinya, Hafni Zahra Thaib, putri pasangan Moh. Samin
 risiko, yakni sewaktu-waktu bisa masuk penjara). Kenyataan itu sekaligus menunjukkan jati diri   Thaib dan Siti Ara Dati.
 Abu Hanifah sebagai seorang pelajar pemberani, yang berani menunjukan keberpihakannya kepada   Abu Hanifah mengenal anak gadis itu bukan karena dipertemukan oleh orang tuanya ataupun
 kaum pergerakan nasional yang sedang berupaya memerdekakan kaumnya dari belenggu penjajahan   orang tua Hafni, melainkan karena aktivitasnya dalam organisasi pemuda, yaitu Pemuda Indonesia.
 Belanda. Semangat para pemuda pelajar semakin besar, terutama sejak Kongres Pemuda yang   Hafni merupakan salah seorang gadis yang aktif sebagai anggota Indonesia Muda. Sebagai catatan,
 akhirnya menghasilkan Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam   pada mulanya Hafni tinggal dan bersekolah di kota Medan, namun karena aktivitasnya di Indonesia
 renungannya tentang Sumpah Pemuda, Abu Hanifah mengatakan bahwa Sumpah Pemuda lahir   Muda dikeluarkan dari sekolahnya, bahkan setengah dipaksa harus meninggalkan kota tersebut.
 sebagai letusan semangat yang membakar jiwa raga dan hati nurani pemuda-pemudi Indonesia.   Dengan pertimbangan tertentu ia memilih kota Jakarta (Batavia) sebagai tempat tinggal barunya.
 Satu-satunya  jalan  untuk  mempersatukan  pemuda-pemudi  bangsa  yang  terserak  di  seluruh
 Nusantara, tanpa mengetahui dan sadar bahwa pada hakikatnya mereka satu bangsa, yang satu   Dari perkawinan itu Abu Hanifah dikaruniai tiga orang anak, yaitu Elsam (lahir di Medan pada 11
 nasib dan satu penanggungan, karena menderita dijajah bangsa lain yang negaranya jauh ribuan   September 1934), Chalid (lahir di Kuantan pada 23 Oktober 1937), dan Siti Nurhati (lahir di Jakarta
 mil dari Indonesia.  Sebagai catatan, di IC inilah Abu Hanifah bertemu dengan pemuda aktivis   pada 20 Desember 1952). Abu Hanifah sangat mencintai ketiga anaknya dan membesarkan mereka
 3
 pergerakan nasional yang telah lebih dahulu tinggal di situ, seperti Moh. Yamin, Amir Syarifuddin,   dengan penuh kasih sayang. Karena kasih sayang itu ia menerapkan nilai kedisiplinan kepada ketiga
 dan Asa’at Abbas.  anaknya serta memberi pengertian tentang hak dan kewajiban anak terhadap orang tuanya.




 112  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  113
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130