Page 129 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 129
Menteri PP&K
Abu Hanifah dalam
Konferensi Unesco
di Florence, Itali
(Sumber: Repro
Buku Prof. Dr.
Abu Hanifah Dt,
Pertama Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe ME: Karya dan
Pengabdiannya)
bertoempah darah jang satoe, Tanah Indonesia
Kedoea Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe
berbangsa jang satoe Bangsa Indonesia
Ketiga Kami Poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng
bahasa persatoean, Bahasa Indonesia
Hanya judulnya bukan lagi “Ikrar Pemuda” melainkan “Sumpah Pemuda”. Sebagai catatan tambahan,
Gabungan Politik Indonesia (Gapi) pada bulan Desember 1939 mengakui pula secara resmi bahwa
bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia. Karena itu dalam rangka menghormati perjuangan para
pemuda ini sudah sepatutnya jika tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari lahirnya Bahasa Indonesia. pada K.M. Allied Forces, yang secara berturut-turut ditempatkan di Bombay, Singapura, dan Konvoi
(1940, 1941, dan 1942). Ketika ditempatkan di Jatipetamburan sebagai Direktur Rumah Sakit Marine
Abu Hanifah baru ikut terlibat dalam Kongres Pemuda pada tanggal 27-28 Oktober 1928, walaupun ia ditangkap polisi militer Jepang. Oleh pemerintahan Jepang kemudian ia ditempatkan sebagai dokter
pada waktu itu ketokohannya tidak setenar rekan-rekan sedaerahnya seperti Moh. Yamin atau Sanusi di Rumah Sakit Pusat Jakarta (CBZ). Tak lama setelah itu ia diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit St.
Pane. Dalam kongres itu ia menjadi wakil Pemuda Sumatera dengan jabatan Sekretaris Umum Pemuda
Sumatera, sekaligus menjadi redaktur bulletin Jong Sumatranen Bond (1923-1926). Melalui buletinnya Lidwina (milik zending Katholik), yang sekarang dikenal dengan nama Rumah Sakit Mr. Syamsuddin.
itu ia banyak menulis tentang gerakan pemuda beserta ide-ide perjuangannya. Setelah terbentuk Ketika bertugas sebagai asisten Prof. Heinenmann di Tanjung Morawa, Abu Hanifah melihat kesehatan
oraganisasi Pemuda Indonesia yang merupakan hasil fusi seluruh organisasi pemuda kedaerahan, para kuli perkebunan sedemikian buruk dan semua buruh yang dilihatnya itu sebangsa dengannya. Pada
Abu Hanifah pun ikut pindah menjadi anggotanya sekaligus menjadi pimpinan redaksi buletin Pemuda dasarnya pemerintah pun memperhatikan masalah kesehatan para buruh, namun dengan motivasi
Indonesia. Sebagai tambahan, Abu Hanifah juga aktif sebagai anggota kepanduan, yaitu dalam organisasi berbeda, yaitu ekonomi. Pemerintah takut apabila kesehatan para buruh dibiarkan terus memburuk
Indische Padvinders Organisatie. Setelah itu ia pindah menjadi pelatih pada Pandu Indonesia. akan berdampak pada produksi. Hasil produksi akan merosot atau berkurang. Sebagai sesama kaum
Menjelang penyelenggaraan Kongres Pemuda kedua tahun 1928, Abu Hanifah pindah dari asrama STOVIA pribumi, Abu Hanifah merasa tersentuh melihat nasib kaumnya dengan standar kesehatan sangat buruk.
ke Indonesische Clubhuis (IC) yang beralamat di Jalan Kramat 126. Menurut apa yang didengar dan Oleh karena itu ia tidak sekadar ikut mengobati penyakit, melainkan juga berupaya meningkatkan
dilihatnya, inisiatif penyelenggaraan kongres datang dari para pemuda yang tergabung dalam Perhimpunan kesadaran para buruh terkait dengan pentingnya meningkatkan kesehatan dan kebugaran mereka.
Pemuda Pelajar Indonesia (PPPI), yang didirikan pada bulan September 1926. Mereka mendapat dukungan Dengan kata lain, meskipun statusnya hanya sekadar dokter perkebunan, batinnya adalah kaum
kuat dari anggota Perhimpunan Indonesia (PI) dari negeri Belanda, baik yang masih belajar dan berdomisili pergerakan kebangsaan yang ingin memajukan kaum pribumi supaya lebih bermartabat.
di negeri Belanda maupun yang telah kembali ke Indonesia. Selain itu dukungan juga datang dari beberapa Pada waktu Jepang masuk dan menduduki Hindia Belanda (Indonesia) Abu Hanifah aktif sebagai anggota
anggota Partai Nasional Indonesia (PNI). Seperti sudah banyak ditulis oleh beberapa pakar sejarah Barisan Pemuda Asia Raya. Selain itu ia diangkat menjadi Wakil Pemimpin Harian barisan Seinendan
dan politik, Kongres Pemuda kedua yang diselenggarakan pada 27–28 Oktober 1928 tersebut berhasil untuk wilayah Keresidenan Jakarta, bahkan sempat pula dicalonkan sebagai anggota Pasukan Pembela
mengeluarkan suatu keputusan yang sangat monumental, yaitu “Sumpah Pemuda”. Tanah Air (Peta) dengan jabatan sebagai daidancho atau Komanda Batalyon. Namun karena sesuatu
Sekitar empat tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1932, Abu Hanifah berhasil menyelesaikan sebab ia tidak jadi masuk Peta, sebaliknya menjelang akhir Pendudukan Jepang ia pindah ke Sukabumi
studinya di STOVIA. Tak lama setelah itu ia kembali ke kampung halamannya, Batusangkar, Sumatera dan bertugas pada ruamah sakit kota Sukabumi. Di kota inilah pada awal kemerdekaan Indonesia ia
Barat. Selain untuk “melaporkan” tentang keberhasilannya. Ia pun ingin melepaskan rindu terhadap menjadi salah seorang pimpinan barisan Hizbullah yang merupakan onderbouw Partai Masyumi.
kedua orang tuanya sekaligus kampung halamannya. Beruntung baginya karena kedua orang tuanya Tidak lama berada di Sukabumi, ia pindah ke Bogor dan menjabat sebagai Dewan Pimpinan Daerah
telah kembali ke kampung halaman setelah pensiun dari jabatannya sebagai guru bahasa.
Keresidenan Bogor (1945-1946), sekaligus merangkap menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia
Selain untuk melepas rindu dan silaturahmi kepada kedua orang tuanya ia sekaligus mau mohon pamit Daerah Keresiden Bogor (KNID Bogor). Sewaktu Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk Abu
dan doa restu karena ia ditugaskan sebagai seorang dokter di Landschap Tanjung Morawa, Medan. Hanifah diangkat menjadi ketuanya. Jabatan ketua dipegang sampai terjadi perubahan pada organisasi
Jabatan atau statusnya asisten Prof. Heineman, seorang dokter keturunan Jerman. Sambil bekerja Abu itu. Karena situasi politik dan adanya tuntutan rakyat agar Republik Indonesia (RI) membentuk tentara
Hanifah mendapat kesempatan memperdalam pengetahuan di bidang penyakit dalam dan kandungan kebangsaan bukan sekedar organisasi semi militer seperti BKR, Presiden Soekarno menerbitkan
di bawah bimbingan Prof. Heineman yang mempunyai keahlian di bidang itu. Setelah itu ia bekerja maklumat untuk mengubah BKR menjadi menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai tokoh
sebagai Direktur Dinas Kesehatan Indragiri dan kemudian Scheepsart KPM. Semasa memegang jabatan Dewan Pimpinan Daerah Keresiden Bogor ia menjadi target penculikan kelompok Ki Nariya yang
ini perang meletus di negeri Belanda. Ia ikut dimiliterisir dan menjadi Officer van Gezondheid 1e Klasse melakukan aksi daulat di daerah Bogor, namun beruntung ia lolos. Sementara itu Ki Nariya beserta
116 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 117