Page 168 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 168

Kabinet formatuer
                          Wongsonegoro S. H.
                          melaporkan kepada
                          Presiden Sukarno,
                          bahwa beliau berhasil
                          membentuk Kabinet
                          dan menerima
                          ucapan selamat dari                                                                                                                     Mr. Ali Satroamidjojo sedang berada di Washington DC sehingga penyusunan kabinet sepenuhnya
                          Presiden Sukarno
                          pada  tanggal                                                                                                                           dilakukan oleh Wongsonegoro.
                          30/7/1953
                          (Sumber:                                                                                                                                Dalam Kabinet Ali I tidak ada menteri yang berasal dari Masyumi. Sebagai gantinya masuk tiga orang
                          Perpustakaan                                                                                                                            dari Nahdlatul Ulama (NU). Dengan sendirinya kabinet ini tidak mendapat dukungan dari Masyumi
                          Nasional Republik
                          Indonesia)                                                                                                                              dan juga kehilangan Partai Politik Kristen, tetapi sebaliknya mendapat simpati dari Partai Komunis
                                                                                                                                                                  Indonesia (PKI) di bawah pimpinan D.N. Aidit.

                                                                                                                                                                  Sejak tanggal 29 September 1953 Wongsonegoro merangkap jabatan sebagai Menteri Urusan
                                                                                                                                                                  Kesejahteraan Negara. Kedua jabatan itu ia pegang sampai tanggal 23 Oktober 1954, karena pada
                                                                                                                                                                  tanggal tersebut secara resmi ia mengundurkan dari kedua jabatan itu.  Ia pun mengajukan pensiun
                                                                                                                                                                                                                                  19
                                                                                                                                                                  kepada Presiden Soekarno.

                                                                                                                                                                  Setelah pensiun sebagai pegawai negeri, Wongsonegoro mencurahkan perhatian pada kegiatan sosial
                                                                                                                                                                  dan kebudayaan, termasuk di dalamnya dunia  kebatinan; bahkan ia terpilih menjadi Ketua Umum
                                                                                                                                                                  Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI). Jabatan Ketua Umum BKKI ia pegang sejak tahun 1955
                                                                                                                                                                  sampai tahun 1970. Pada tahun 1970 BKKI berubah nama menjadi Sekretariat Kerjasama Kepercayaan.
                                                 Pasal 1: Di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan vak) diberi pelajaran agama.
                                                 Pasal 2: ayat (1) Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai di kelas 4, banyaknya 2 (dua)               Semasa menjadi Ketua Umum BKKI ia berusaha agar aliran kepercayaan diakui sejajar dengan agama-
                                                   jam pelajaran dalam 1 (satu)minggu; ayat (2) Di lingkungan yang istimewa pendidikan agama                      agama  Islam, Protestan, Hindu, dan Katholik. Akhirnya  aliran kepercayaan berubah nama  menjadi
                                                   dapat dimulai di kelas I dan jamnya dapat ditambah menurut kebutuhan tetapi tidak melebihi                     Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diakui keberadaannya, meskipun tidak diletakkan di
                                                   4 jam seminggu dengan ketentuan bahwa mutu pengetahuan umum bagi sekolah-sekolah                               bawah Departemen Agama melainkan di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jabatan
                                                   rendah itu tidak boleh dikurangi dibandingkan dengan sekolah-sekolah rendah lainnya.                           Ketua Umum Sekretariat Kerjasama Kepercayaan masih tetap dipegang oleh Wongsonegoro sampai
                                                 Pasal 3: Di sekolah-sekolah lanjutan tingkatan pertama dan tingkatan atas baik- sekolah-sekolah                  dengan tahun 1974. Selain itu ia menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (sampai
                                                   umum, maupun sekolah-sekolah vak diberi pendidikan agama 2 (dua) jam pelajaran dalam                           dengan tahun 1973), angggota Presidium Persatuan Pensiunan Seluruh Indonesia (sampai tahun 1968),
                                                   tiap-tiap minggu.                                                                                              anggota kehormatan PWRI (sampai tahun 1965), Dewan kurator Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian,
                                                 Pasal 4: Ayat (1) Pendidikan agama diberikan menurut agama murid masing-masing; ayat (2)                         dan Dewan Penasihat Universitas Tarumanegara, Jakarta.
                                                   Pendidikan agama baru diberikan kepada sesuatu kelas yang mempunyai murid sekurang-                            Pada  masa  Orde  Baru  Wongsonegoro  diangkat  sebagai penasihat  Sekretariat  Bersama  Golongan
                                                   kurangnya sepuluh orang, yang menganut suatu macam agama; ayat (3) Murid dalam suatu                           Karya. Pada tahun 1971 ia terpilih menjadi anggota DPR-RI untuk periode 1971–1977 mewakili daerah
                                                   kelas yang memeluk agama lain daripada agama yang sedang diajarkan pada sesuatu waktu,                         pemilihan Provinsi Jawa Tengah dari Golongan Karya (Golkar).
                                                   dan murid-murid yang meskipun memeluk agama yang sedang diajarkan tetapi tidak mendapat
                                                   izin dari orang tuanya untuk mengikuti pelajaran itu, boleh meninggalkan kelasnya selama jam                   KRMT Wongsonegoro meninggal dunia dalam usia 81 tahun pada tanggal 4 Maret 1978, menyusul istrinya
                                                   pelajaran agama itu.                                                                                           yang meninggal lebih dahulu pada tanggal 26 Maret 1971. Jenazah Wongsonegoro dimakamkan di makam
                                                 Pasal 7: Dalam menjalankan kewajibannya sebagai guru, maka guru agama dilarang mengajarkan                       keluarga Astana Kandaran di desa Tirip, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
                                                   segala sesuatu yang mungkin dapat menyinggung perasaan orang yang memeluk agama atau                           Atas jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara Wongsonegoro dianugerahi beberapa tanda jasa,
                                                   memegang kepercayaan lain. 18                                                                                  seperti  Bintang  Gerilya,  Perintis  Kemerdekaan,  Setya  Lencana  Perang  Kemerdekaan,  Lencana
                                           Kabinet Sukiman, seperti kabinet pendahulunya, ternyata tidak mampu menyelesaikan semua program                        Perang Kemerdekaan I, Setya Lencana Perang Kemerdekaan II, Bintang Bhayangkara untuk Kemajuan
                                           kerjanya karena terganjal oleh munculnya mosi tidak percaya dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).                        dan Pembangunan Kepolisian, Penghargaan sebagai Pembinaan Olah Raga Pencak Silat, dan Setya
                                           Yang menjadi dasar munculnya mosi itu adalah penandatanganan persetujuan bantuan ekonomi dengan                        Lencana Kebudayaan.
                                           Amerika Serikat dalam kerangka Mutual Security Act (MSA). Dengan persetujuan bantuan itu Kabinet                       Filosofi hidup Mr. Wongsonegoro diabadikan pada monumen makamnya di Astana Kandaran, yaitu
                                           Sukiman dinilai telah melanggar politik luar negeri “bebas aktif” Indonesia. Sebab, bantuan atas dasar                 “Janma Luwih Hambuka Tunggal”, yang berarti ‘orang yang mempunyai kemampuan lebih akan selalu
                                           MSA hanya diberikan oleh Amerika Serikat kepada negara-negara yang dianggap sebagai sekutunya                          mendekatkan diri kepada sang Pencipta’. Di sana tertulis pula kalimat “Haruming Sabda Haruming
                                           (Blok Barat).
                                                                                                                                                                  Budi”, yang berarti ‘orang yang selalu bertutur kata baik dalam arti yang benar, menggambarkan pribadi
                                                                                                                                                                  orang yang berbudi luhur’.
                                           MENJADI WAKIL PERDANA MENTERI

                                           Setelah Kabinet Sukiman jatuh, Mr. Wongsonegoro mendapat kesempatan membentuk kabinet baru
                                           Bersama Mr. Ali Sastroamidjojo dari PNI berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 132 tanggal 30
                                           Juli 1953. Ali Sastroamidjojo duduk sebagai Perdana Menteri, sedangkan Wongsonegoro sebagai Wakil
                                           Perdana Menteri. Menteri PP&K diserahkan kepada Mr. Muhammad Yamin. Ketika kabinet dibentuk




                             156  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  157
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173