Page 166 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 166

Kabinet Ali-Wongso
                                                                                                                                                                                                                                                                (Sumber:
                                                                                                                                                                                                                                                                Perpustakaan
                                                                                                                                                                                                                                                                Nasional Republik
                                                                                                                                                                                                                                                                Indonesia)

                                           menyerang balik dengan keunggulan persenjataannya. Mereka berupaya memukul balik dengan
                                           menggunakan  artileri  berat  angkatan  darat,  serangan  udara  dengan  skuadron  Thunderbolt,  dan
                                           tembakan meriam dari kapal penjelajah HMS Sussex. Akhirnya pasukan Inggris mundur ke perbukitan
                                           Ungaran, Semarang. Sejak tanggal 15 Desember 1945 seluruh wilayah Jawa Tengah, kecuali Semarang,
                                           sepenuhnya berada dalam kontrol TKR.

                                           Pada akhir bulan Desember Wongsonegoro mendapat kawat dari pimpinan TKR Kolonel Soedirman
                                           yang menyarankan agar segera datang ke Yogyakarta. Di sana ia bertemu dengan Kolonel Soedirman
                                           yang ternyata menyarankan agar pusat pemerintahan Jawa Tengah dipindahkan ke Magelang. Pada awal
                                           Januari 1946, Mr. Wongsonegoro selaku Gubernur Jawa Tengah memindahkan kantor pemerintahannya
                                           ke Magelang. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda, Wongsonegoro ikut bergerilya bersama para pejuang
                                           republikein. Menurut Jenderal A.H. Nasution, Wongsonegoro merupakan gubernur sipil satu-satunya
                                           yang terus-menerus ikut bergerilya bersama tentara dan rakyat melawan kekuatan kolonialis Belanda. 16

                                           Satu hal yang menarik untuk disebutkan bahwa selama memimpin Jawa Tengah di tengah perang
                                           kemerdekaan, selaku gubernur Jawa Tengah ia masih mampu menyelenggarakan Kongres Kebudayaan
                                           di kompleks Borobudur pada bulan Juni 1948. Sebelum kongres diselenggarakan, ia menghimbau kepada                      “Rancangan  Undang-undang  Pemilihan  Anggota  Konstituante”  yang  kemudian  disahkan  menjadi
                                           badan-badan kebudayaan, seperti perkumpulan kesenian, perkumpulan sastrawan, dan aliran-aliran                         Undang-undang Pemilihan Anggota Konstituante.
                                           kebatinan untuk mendukung penyelenggaraan kongres tersebut. Berbagai cara dilakukan oleh para
                                           seniman untuk menyukseskan acara tersebut, antara lain dengan menyelenggarakan pertunjukan serta                       Pada kabinet berikutnya, yaitu Kabinet Sukiman–Suwiryo, Wongsonegoro terpilih sebagai Menteri
                                           sosialisasi kepada masyarakat. Pada bulan Agustus 1949 Wongsonegoro mengakhiri masa baktinya                           Pendidikan dan Pengajaran (PP&K) sejak tanggal 27 April 1951. Sebelumnya jabatan Menteri PP&K
                                           sebagai Gubernur Jawa Tengah.                                                                                          dipercayakan kepada Dr. Bahder Djohan. Beberapa kebijakan yang masih relevan dan sejalan dengan
                                                                                                                                                                  program Kabinet Sukiman tetap dipertahankan Wongsonegoro, antara lain mengadakan kerjasama
                                           Setelah tidak menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, Wongsonegoro aktif dalam dunia spiritualisme.                     dengan Kementrian Agama yang telah dirintis oleh Bahder Djohan dalam masalah pelajaran agama di
                                           Pada  1950 ia  mempopulerkan aliran kepercayaan dengan istilah kebatinan. Ia  juga  menggagas                          sekolah dasar sampai sekolah menengah.
                                           pembentukan forum tingkat nasional untuk mendiskusikan lebih dalam mengenai dunia kebatinan.
                                           Dalam kerangka itu ia kembali menjalin komunikasi dengan rekan-rekan lamanya, baik sewaktu aktif di                    Kesepakatan antara Kementrian PP&K dan Kementrian Agama tertuang dalam Peraturan Nomor
                                           BU, Tri Koro Darmo, maupun Jong Java. Dengan kata lain ia kembali ke pentas politik nasional melalui                   1432/Kab tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan) dan Nomor KI/652 tanggal 20 Januari 1951 (Agama)
                                           politik kebudayaan atau kebatinan.                                                                                     tentang Peraturan Pendidikan Agama di Sekolah-Sekolah. Isinya antara lain sebagai berikut:
                                                                                                                                                                        Pasal 1: Di tiap-tiap sekolah rendah pendidikan agama dimulai pada kelas 4, sebanyak dua jam
                                                                                                                                                                           dalam satu minggu.
                                           PENGABDIAN SEBAGAI MENTERI
                                                                                                                                                                        Pasal 2: Di lingkungan yang istimewa, pendidikan agama dimulai pada kelas 1, dan jamnya dapat

                                           Berhenti sebagai gubernur rupanya tidak sepenuhnya membuat kegiatan Wongsonegoro terpusat                                       ditambah menurut kebutuhan, tetapi tidak melebihi empat jam seminggu, dengan ketentuan
                                           pada dunia kebatinan. Ia diminta Mohammad Hatta untuk menjabat Menteri Dalam Negeri dalam                                       bahwa mutu pengetahuan umum bagi sekolah-sekolah rendah itu tidak boleh dikurangi
                                           Kabinet Hatta II yang dibentuk pada tanggal 4 Agustus 1949. Pembentukan kabinet ini terjadi setelah                             dibandingkan dengan sekolah-sekolah di lain-lain lingkungan.
                                           dicapai kesepakatan antara pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda untuk mengakhiri                               Pasal 3: Di sekolah-sekolah lanjutan Tingkat Pertama dan Tingkat Atas, baik sekolah-sekolah
                                           konflik  Indonesia–Belanda  melalui  Konferensi  Meja  Bundar  (KMB) di Den Haag, Belanda. Hatta                                umum maupun sekolah-sekolah kejuruan diberikan pendidikan agama 2 jam dalam tiap-tiap
                                           membentuk  kabinet  setelah  sebelumnya  menerima  kembali  kekuasaan  dari  Ketua  Pemerintah                                  minggu.
                                           Darurat  Republik  Indonesia  (PDRI)  Mr.  Sjafruddin  Prawira  Negara.  Pembentukan  kabinet  ini                           Pasal 4: ayat (1) Pendidikan agama diberikan menurut agama murid masing-masing; ayat (2)
                                           sekaligus mempersiapkan delegasi RI ke KMB, termasuk mempersiapkan konsitusi untuk Republik                                     Pendidikan agama baru diberikan pada suatu kelas yang mempunyai murid sekurang-kurangnya
                                           Indonesia Serikat (RIS). Seperti sudah banyak diungkapkan dalam berbagai tulisan, ketua delegasi                                10 orang, yang menganut suatu macam agama; ayat (3) Murid dalam satu kelas yang memeluk
                                           KMB adalah Mohammad Hatta, sedangkan Wongsonegoro ditunjuk sebagai ketua delegasi dalam                                         agama lain daripada agama yang sedang diajarkan pada suatu waktu, boleh meninggalkan
                                           bidang gencatan senjata.                                                                                                        kelasnya selama pelajaran itu. 17

                                           Kedudukan Wongsonegoro sebagai Menteri Dalam Negeri berakhir dengan terbentuknya RIS                                   Undang-undang  tanggal  20  Januari  1951  itu  kemudian  disempurnakan  melalui Peraturan  Bersama
                                           dengan Hatta yang sebelumnya menjadi Perdana Menteri RI diangkat menjadi Perdana Menteri RIS.                          Menteri PP&K dan Menteri Agama No. 17678/Kab tanggal 16 Juli 1951 (Pendidikan) Nomor KI/9180
                                           Wongsonegoro kembali menjadi Menteri dalam Kabinet Natsir sesudah pembubaran RIS. Dalam                                tanggal 16 Juli 1951 (Agama) tentang Peraturan Pendidikan Agama di Sekolah-Sekolah Negeri. Peraturan
                                           Kabinet Natsir ia duduk sebagai Menteri Kehakiman. Ia menjadi Menteri Kehakiman sejak 6 Sptember                       Bersama ini ditandatangani oleh Mr. Wongsonegoro selaku Menteri PP&K dan Kyai Haji Wahid Hasjim
                                           1950 sampai dengan 27 April 1951 bersamaan dengan jatuhnya Kabinet Natsir karena muncul mosi                           selaku Menteri Agama. Jika dilihat secara seksama tidak ada perubahan yang cukup signifikan, kecuali
                                           tidak percaya. Dalam rentang waktu yang demikian singkat ia masih sempat membuat tim penyusunan                        untuk point khusus. Isi peraturan dimaksud antara lain sebagai berikut:




                             154  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  155
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171