Page 169 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 169

Kabinet formatuer
 Wongsonegoro S. H.
 melaporkan kepada
 Presiden Sukarno,
 bahwa beliau berhasil
 membentuk Kabinet
 dan menerima
 ucapan selamat dari   Mr. Ali Satroamidjojo sedang berada di Washington DC sehingga penyusunan kabinet sepenuhnya
 Presiden Sukarno
 pada  tanggal   dilakukan oleh Wongsonegoro.
 30/7/1953
 (Sumber:      Dalam Kabinet Ali I tidak ada menteri yang berasal dari Masyumi. Sebagai gantinya masuk tiga orang
 Perpustakaan   dari Nahdlatul Ulama (NU). Dengan sendirinya kabinet ini tidak mendapat dukungan dari Masyumi
 Nasional Republik
 Indonesia)    dan juga kehilangan Partai Politik Kristen, tetapi sebaliknya mendapat simpati dari Partai Komunis
               Indonesia (PKI) di bawah pimpinan D.N. Aidit.

               Sejak tanggal 29 September 1953 Wongsonegoro merangkap jabatan sebagai Menteri Urusan
               Kesejahteraan Negara. Kedua jabatan itu ia pegang sampai tanggal 23 Oktober 1954, karena pada
               tanggal tersebut secara resmi ia mengundurkan dari kedua jabatan itu.  Ia pun mengajukan pensiun
                                                                               19
               kepada Presiden Soekarno.

               Setelah pensiun sebagai pegawai negeri, Wongsonegoro mencurahkan perhatian pada kegiatan sosial
               dan kebudayaan, termasuk di dalamnya dunia  kebatinan; bahkan ia terpilih menjadi Ketua Umum
               Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI). Jabatan Ketua Umum BKKI ia pegang sejak tahun 1955
               sampai tahun 1970. Pada tahun 1970 BKKI berubah nama menjadi Sekretariat Kerjasama Kepercayaan.
 Pasal 1: Di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan vak) diberi pelajaran agama.
 Pasal 2: ayat (1) Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai di kelas 4, banyaknya 2 (dua)   Semasa menjadi Ketua Umum BKKI ia berusaha agar aliran kepercayaan diakui sejajar dengan agama-
 jam pelajaran dalam 1 (satu)minggu; ayat (2) Di lingkungan yang istimewa pendidikan agama   agama  Islam, Protestan, Hindu, dan Katholik. Akhirnya  aliran kepercayaan berubah nama  menjadi
 dapat dimulai di kelas I dan jamnya dapat ditambah menurut kebutuhan tetapi tidak melebihi   Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diakui keberadaannya, meskipun tidak diletakkan di
 4 jam seminggu dengan ketentuan bahwa mutu pengetahuan umum bagi sekolah-sekolah   bawah Departemen Agama melainkan di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jabatan
 rendah itu tidak boleh dikurangi dibandingkan dengan sekolah-sekolah rendah lainnya.  Ketua Umum Sekretariat Kerjasama Kepercayaan masih tetap dipegang oleh Wongsonegoro sampai
 Pasal 3: Di sekolah-sekolah lanjutan tingkatan pertama dan tingkatan atas baik- sekolah-sekolah   dengan tahun 1974. Selain itu ia menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (sampai
 umum, maupun sekolah-sekolah vak diberi pendidikan agama 2 (dua) jam pelajaran dalam   dengan tahun 1973), angggota Presidium Persatuan Pensiunan Seluruh Indonesia (sampai tahun 1968),
 tiap-tiap minggu.   anggota kehormatan PWRI (sampai tahun 1965), Dewan kurator Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian,
 Pasal 4: Ayat (1) Pendidikan agama diberikan menurut agama murid masing-masing; ayat (2)   dan Dewan Penasihat Universitas Tarumanegara, Jakarta.
 Pendidikan agama baru diberikan kepada sesuatu kelas yang mempunyai murid sekurang-  Pada  masa  Orde  Baru  Wongsonegoro  diangkat  sebagai penasihat  Sekretariat  Bersama  Golongan
 kurangnya sepuluh orang, yang menganut suatu macam agama; ayat (3) Murid dalam suatu   Karya. Pada tahun 1971 ia terpilih menjadi anggota DPR-RI untuk periode 1971–1977 mewakili daerah
 kelas yang memeluk agama lain daripada agama yang sedang diajarkan pada sesuatu waktu,   pemilihan Provinsi Jawa Tengah dari Golongan Karya (Golkar).
 dan murid-murid yang meskipun memeluk agama yang sedang diajarkan tetapi tidak mendapat
 izin dari orang tuanya untuk mengikuti pelajaran itu, boleh meninggalkan kelasnya selama jam   KRMT Wongsonegoro meninggal dunia dalam usia 81 tahun pada tanggal 4 Maret 1978, menyusul istrinya
 pelajaran agama itu.   yang meninggal lebih dahulu pada tanggal 26 Maret 1971. Jenazah Wongsonegoro dimakamkan di makam
 Pasal 7: Dalam menjalankan kewajibannya sebagai guru, maka guru agama dilarang mengajarkan   keluarga Astana Kandaran di desa Tirip, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
 segala sesuatu yang mungkin dapat menyinggung perasaan orang yang memeluk agama atau   Atas jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara Wongsonegoro dianugerahi beberapa tanda jasa,
 memegang kepercayaan lain. 18  seperti  Bintang  Gerilya,  Perintis  Kemerdekaan,  Setya  Lencana  Perang  Kemerdekaan,  Lencana
 Kabinet Sukiman, seperti kabinet pendahulunya, ternyata tidak mampu menyelesaikan semua program   Perang Kemerdekaan I, Setya Lencana Perang Kemerdekaan II, Bintang Bhayangkara untuk Kemajuan
 kerjanya karena terganjal oleh munculnya mosi tidak percaya dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).   dan Pembangunan Kepolisian, Penghargaan sebagai Pembinaan Olah Raga Pencak Silat, dan Setya
 Yang menjadi dasar munculnya mosi itu adalah penandatanganan persetujuan bantuan ekonomi dengan   Lencana Kebudayaan.
 Amerika Serikat dalam kerangka Mutual Security Act (MSA). Dengan persetujuan bantuan itu Kabinet   Filosofi hidup Mr. Wongsonegoro diabadikan pada monumen makamnya di Astana Kandaran, yaitu
 Sukiman dinilai telah melanggar politik luar negeri “bebas aktif” Indonesia. Sebab, bantuan atas dasar   “Janma Luwih Hambuka Tunggal”, yang berarti ‘orang yang mempunyai kemampuan lebih akan selalu
 MSA hanya diberikan oleh Amerika Serikat kepada negara-negara yang dianggap sebagai sekutunya   mendekatkan diri kepada sang Pencipta’. Di sana tertulis pula kalimat “Haruming Sabda Haruming
 (Blok Barat).
               Budi”, yang berarti ‘orang yang selalu bertutur kata baik dalam arti yang benar, menggambarkan pribadi
               orang yang berbudi luhur’.
 MENJADI WAKIL PERDANA MENTERI

 Setelah Kabinet Sukiman jatuh, Mr. Wongsonegoro mendapat kesempatan membentuk kabinet baru
 Bersama Mr. Ali Sastroamidjojo dari PNI berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 132 tanggal 30
 Juli 1953. Ali Sastroamidjojo duduk sebagai Perdana Menteri, sedangkan Wongsonegoro sebagai Wakil
 Perdana Menteri. Menteri PP&K diserahkan kepada Mr. Muhammad Yamin. Ketika kabinet dibentuk




 156  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  157
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174