Page 185 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 185

Menteri P.Pk dan K,                                                                                         Menteri P.Pk dan K,
 Muhammad Yamin,                                                                                             Muhammad Yamin,
 memberi sambutan                                                                                            memberi sambutan
 dalam Peringatan 100                                                                                        dalam Peringatan 100
 wafatnya Pangeran                                                                                           wafatnya Pangeran
 Diponegoro di Istana                                                                                        Diponegoro di Istana
 Negara 8 Januari                                                                                            Negara 8 Januari
 1955. Tampak hadir                                                                                          1955. Tampak hadir
 antara lain Presiden                                                                                        antara lain Presiden
 Sukarno                                                                                                     Sukarno
 (Sumber:                                                                                                    (Sumber:
 Perpustakaan                                                                                                Perpustakaan
 Nasional Republik                                                                                           Nasional Republik
 Indonesia)                                                                                                  Indonesia)



















 JEJAK DALAM JABATAN PEMERINTAH/NEGARA

 1. Menteri Kehakiman

 Sesudah KMB, Yamin diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), namun tidak terlalu
 lama  karena  pada  27  April 1951  ia  diangkat  menjadi Menteri Kehakiman  dalam  Kabinet  Sukiman-
 Suwiryo. Sebagai pejabat kehakiman lagi-lagi ia membuat blunder. Kedekatannya dengan Chaerul Saleh
 mendorong ia membuat keputusan membebaskan para tahanan politik eksponen Laskar Bambu Runcing
 dan Gerakan Rakyat Revolusioner (GRR), yang salah satu eksponennya adalah Chairul Saleh. Kedua
 organisasi ini pada perang kemerdekaan dikenal penganut garis keras yang 100% Indonesia merdeka
 dan berkiblat pada Tan Malaka. Konsekuensi dari tindakan itu Yamin mendapat kecaman keras dari
 berbagai kalangan sipil, oposisi, serta media massa yang tidak sehaluan dengan garis politik Tan Malaka-
 Murba. Rasa setiakawan Yamin pada Chairul Saleh rupanya lebih penting ketimbang jabatan. Ketika
 kabinet Sukiman-Suwiryo dilanda krisis akibat keputusan Yamin, maka Yamin pun merasa lebih baik
 mengundurkan diri daripada mengorbankan setiakawannya dengan Chairul Saleh. Pada 14 Juni 1951
 ia mengundurkan diri dari Menteri Kehakiman. Untuk sementara Menteri Kehakiman dirangkap oleh
 Menteri Negara Urusan Umum A. Pellaupessy.

 2. Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan

 Pada bulan Juli 1953 Muhammad Yamin kembali menjadi seorang menteri, yakni Menteri Pendidikan,
 Pengajaran dan Kebudayaan pada Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Kabinet Ali terbentuk berdasarkan
 Keputusan Presiden RI Nomor 132 Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953. Yamin diangkat menjadi menteri
 sebagai tokoh nonpartai, walaupun banyak yang menilai dia tetap tokoh aliran kiri.


 Seperti telah disinggung sebelumnya, Yamin mempunyai perhatian dan kecintaan yang besar terhadap
 kebudayaan Jawa. Kecintaannya itu tercermin antara lain dari beberapa karyanya, seperti Kalau Dewa
 Tara Sudah Berkata (1932), Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Sedjarah Peperangan Dipanegara (1945),
 dan Gadjah Mada (1945). Karena kecintaan itu pula ia belajar bahasa Sansakerta dan huruf Palawa
 agar mampu pula membaca sumber data seperti prasasti yang bertuliskan huruf Palawa dan bahasa
 Sansakerta. Meskipun demikian, bagi beberapa pihak, kecintaan itu tidak sejajar dengan partisifasi atau
 sumbangan langsung terhadap satu proses pemeliharaan kebudayaan. Hal ini antara lain tercermin
 dalam peristiwa pembuatan prasasti tanda  selesainya  restorasi candi utama  Prambanan. Dalam
 prasasti itu tercantum kalimat: “Proses pemugaran di bawah pimpinan Yang Terhomat Menteri PP
 dan K Muhammad Yamin”. Pencantuman nama Yamin dalam prasasti itu ditentang keras oleh Kepala




 172  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  173
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190