Page 182 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 182

Muhammad Yamin,
                                                                                                                                                                                                                                                                kedua dari kiri,
                                                                                                                                                                                                                                                                dalam sidang
                                                                                                                                                                                                                                                                pemeriksaan tokoh-
                                                                                                                                                                                                                                                                tokoh yang dianggap
                                                                                                                                                                                                                                                                terlibat Peristiwa
                                                                                                                                                                                                                                                                3 Juli (Pengadilan
                                           dalamnya, sehingga eksistensinya nyaris tidak diakui dalam sejarah perjuangan bangsa. Sewaktu Jepang                                                                                                                 diselenggarakan pada
                                                                                                                                                                                                                                                                19 Februari 1948).
                                           menduduki kepulauan  Indonesia, partai ini dibubarkan  oleh  Jepang  seperti umumnya  partai-partai
                                           kebangsaan yang ada waktu itu.

                                           Pada masa pendudukan Jepang, Yamin bergabung dengan Bung Karno (Soekarno) dan Bung Hatta
                                           (Mohammad Hatta) berkolaborasi dengan Pemerintah Pendudukan Jepang. Ia ikut menjadi anggota
                                           badan propaganda bikinan Jepang, Poesat Tenaga Rakjat (Poetera); bahkan—menurut suatu sumber—ia
                                           bekerja pula menjadi penasihat (sanyoo sendenbu) pada Departemen Propaganda (Sendenbu-Sendeka).
                                                                                                                                    12
                                           Ketika Pemerintah Pendudukan Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
                                           Indonesia (BPUPKI–Dokuritsu Jumbi Cosakai) pada bulan Mei 1945 sebagai bagian dari realisasi janji
                                           Perdana Menteri Koiso, Yamin termasuk salah satu yang diminta menjadi anggotanya.
                                           Pribadi dan pengetahuan Yamin rupanya  menarik perhatian para  aktivis  pergerakan nasional yang
                                           lebih senior. Salah satu bukti dari kondisi ini terlihat sewaktu beberapa tokoh memperebutkan Yamin
                                           agar ikut bersama kelompoknya. Sewaktu Dr. Radjiman Wedyodiningrat membagi anggota BPUPKI
                                           ke dalam tiga panitia, yaitu “panita perancang”, “panitia keuangan”, dan “panitia pembelaan tanah
                                           air”, muncul protes ketika nama Muhammad Yamin masuk ke dalam kelompok Panitia Keuangan.                               Untuk mematahkan kekuatan PP, pemerintahan Syahrir menangkap dan memenjarakan Tan Malaka
                                           Ir. Soekarno, yang ditunjuk sebagai ketua Panitia Hukum Dasar, mendadak bangkit memprotes, “Mohon                      sejak bulan Maret 1946. Namun kekuatan PP tidak dapat dipatahkan dengan cara memenjarakan
                                           maaf supaya Tuan Yamin diberikan kepada kami. Sebab, kami anggap beliau salah satu ahli hukum yang                     ketuanya atau tokohnya. Kelompok itu terus bergerak sampai akhirnya terjadi “Peristiwa 3 Juli”.
                                           pikirannya perlu kami pakai.” Seorang anggota lainnya, Abikusno, meminta Yamin masuk ke Panitia                        Pada pagi hari itu Jenderal Mayor R.P. Soedarsono (yang bersimpati kepada PP) bersama beberapa
                                           Pembelaan Tanah Air. Sementara Radjiman teguh dengan pendiriannya.                                                     anggota PP mendatangi Soekarno dan Hatta di Istana Keraton Yogyakarta yang pada masa itu
                                           Yamin juga marah dan menolak bergabung ke dalam Panitia Keuangan. Alasannya, “Karena kurang                            menjadi istana kepresidenan. Mereka datang dengan membawa empat maklumat (yaitu maklumat
                                           pengetahuan apa-apa, jadi saya tak ada sumbangan buat panitia.” Radjiman tetap kukuh dengan                            No. 2, No. 3, No, 4; dan No. 5) untuk segera ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Konsep
                                           pendiriannya. Keputusan tidak dapat diubah lagi. “Sudah selesai,” katanya. Tapi Yamin tetap membantah                  atau rumusan maklumat itu disusun oleh Yamin dengan bantuan Ahmad Subardjo dan Chaerul
                                           keputusan itu, “Saya tidak terima,” katanya. Soekarno berusaha membujuk Radjiman agar mengizinkan                      Saleh. Inti keempat maklumat itu adalah Presiden membubarkan Kabinet Syahrir serta menyatakan
                                           Yamin pindah ke kelompok Panitia Hukum Dasar, antara lain dengan menugaskan Latuharhary membuat                        apabila Presiden Soekarno dan Hatta berhalangan, maka pimpinan nasional diserahkan kepada Tan
                                           surat kepada perwakilan Jepang, tetapi upaya ini pun tidak berhasil alias tetap ditolak. Yamin tetap di                Malaka dengan tokoh-tokoh PP sebagai menteri-menterinya, seperti Boeddhyarto sebagai Menteri
                                           Panitia Keuangan. 13                                                                                                   Dalam Negeri, Ahmad Soebardjo sebagai Menteri Luar Negeri, Soepomo sebagai Menteri Hukum,

                                           Walaupun  secara  formal  masuk  ke  dalam  kelompok  Panitia  Keuangan  yang  diketuai  Mohammad                      A.A. Maramis sebagai Menteri Kesehatan, dan Muhammad Yamin sebagai Menteri Penerangan dan
                                           Hatta, namun dalam buku  Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan                             Komunikasi. 14
                                           Indonesia (BPUPKI) Panittia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI): 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945                      Ternyata perhitungan kelompok PP meleset. Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman juga hadir di
                                           yang diterbitkan oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia menunjukkan Yamin banyak berperan
                                           dalam berbagai diskusi tentang dasar negara. Sewaktu Soekarno membacakan buah pikirannya                               Keraton Yogyakarta mendampingi Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta. Akhirnya Sudarsono
                                           tentang “Pancasila”, Yamin juga ikut menghadirinya.                                                                    dan kawan-kawannya ditangkap. Pernyataan resmi Pemerintah RI tentang peristiwa 3 Juli adalah
                                                                                                                                                                  upaya makar Tan Malaka dkk. Namun Muhammad Yamin dalam pledoi pembelaannya (dibukukan
                                           Akhirnya Yamin masuk ke kelompok panitia yang sesuai dengan keahliannya di bidang hukum, yaitu                         dengan judul Sapta Darma, yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1950) menolak semua tuduhan
                                           menjadi anggota Panitia Kecil yang bertugas membahas dasar negara. Panitia Kecil inilah yang pada 22                   itu. Alasannya, maklumat yang mereka susun justru untuk memperkuat perjuangan dan memperkuat
                                           Juni 1945 membuahkan hasil yang sekaligus juga mengundang “kontroversi”, yaitu Piagam Jakarta.                         pemerintahan. Tuduhan yang menyebutkan Tan Malaka sebagai dalang yang merencanakan makar

                                           Jika pada masa persidangan BPUPKI dan PPKI Yamin masih sejalan dengan pemikiran  Soekarno                              juga berlebihan. Bagaimana mungkin Tan Malaka yang dipenjara sejak bulan Maret 1946, terpisah
                                                                                                                                                                                                                                        15
                                           dan Hatta dalam membangun bangsa dan negara Indonesia, tidak demikian halnya setelah Indonesia                         dari para pendukung dan simpatisannya, mampu merencanakan semuanya itu.  Sebagai konsekuensi
                                           merdeka. Pada bulan-bulan awal pemerintah Republik Indonesia  (RI), Yamin berada dalam posisi                          keterlibatannya dalam Peristiwa 3 Juli Yamin harus mendekam dalam penjara selama dua tahun.
                                           berseberangan dengan Soekarno-Hatta. Ia bergabung dengan Tan Malaka membentuk kelompok yang                            Kemudian perkaranya diajukan ke Mahkamah Agung. Masa penahanannya justru bertambah menjadi
                                           menamakan dirinya “Persatuan Perjuangan” (PP). Sebagai catatan, kelompok ini mempunyai minimum                         empat tahun.
                                           program yang harus diupayakan sebelum melakukan perundingan dengan pihak Sekutu (AFNEI–Allied
                                           Forces  Netherland East  Indie)  dan  NICA  (Netherland Indie  Civil  Administration), yaitu  pengakuan  atas          Pada tahun 1948 Yamin kembali menghirup udara kebebasan karena pada peringatan Hari Kemerdekaan
                                           RI 100% merdeka. Jika ketentuan itu tidak dipenuhi oleh Sekutu atau NICA, maka tidak ada lagi                          Indonesia tanggal 17 Agustus 1948 ia mendapat grasi yang membebaskan dirinya dari penjara. Setahun
                                           perundingan. Pendirian inilah yang membuat Yamin juga ikut di dalamnya sebagai kekuatan oposisi                        setelah pembebasannya, ia diangkat sebagai penasihat delegasi RI ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di
                                           terhadap pemerintahan Perdana Menteri Syahrir.                                                                         Den Haag, Belanda.




                             170  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  171
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187