Page 194 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 194

dipindahkan ke Yogyakarta di bawah pimpinan Prof. Ir. Roosseno, Ir. R.M. Soewandi Notokoesoemo,                        ENDNOTES
                                           dan Ir. Soenarjo.                                                                                                      1  Pidato pengukuhan sebagai guru besar luar biasa ilmu beton pada tanggal 26 Maret 1949 di Aula Faculteit van Technische Wetenschap
                                                                                                                                                                    Universiteit van Indonesie, Bandung.
                                           Di Yogyakarta Prof. Roosseno dan timnya menghubungi Panitia Pendirian Yayasan Balai Perguruan                          2  Sakri, A.. Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979, Bandung: Penerbit ITB.1979.
                                           Tinggi Gadjah Mada sesuai dengan permohonan Menteri Pendidikan RI. Pada suatu rapat dengan panitia                     3  Ibid.
                                           tersebut muncul perbedaan pendapat antara Prof. Roosseno dan kawan-kawan dengan panitia. Pihak
                                           panitia menghendaki yang didirikan adalah perguruan tinggi swasta, sedangkan Prof. Roosseno dan
                                           kawan-kawan yang telah mendapat pesan dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
                                           menghendaki perguruan tinggi yang didirikan adalah perguruan tinggi negeri. Oleh karena itu pada
                                           17 Februari 1946, STT Bandung di Yogyakarta mulai dibuka dengan memanfaatkan Gedung Sekolah
                                           Menengah Tinggi B Negeri Yogyakarta di kawasan Kota Baru (kini SMA Negeri 3 Yogyakarta). Kegiatan
                                           perkuliahan diselenggarakan pada sore hari.

                                           Pada awalnya pimpinan STT Bandung di Yogya dipegang oleh Prof. Ir. Roosseno. Kedudukan ini
                                           kemudian digantikan oleh Ir. Wreksodiningrat Notodiningrat pada tanggal 1 Maret 1947. Sebagai catatan
                                           Notodiningrat adalah insinyur sipil pertama Indonesia lulusan Technishe Hoogeschool Delft tahun
                                           1916. Setelah Pemerintah RI mendirikan Universitas Negeri Gadjah Mada, STT Bandung digabungkan
                                           ke dalamnya menjadi Fakultas Tehnik dengan Ir. Wreksodiningrt sebagai dekan (1947–1951) dan pada
                                           tahun 1949 dikukuhkan sebagai Guru Besar UGM .
                                           Demikian pula Ir. Soewandi Notokoesoemo dan hampir semua dosen STT Bandung di Yogyakarta ikut
                                           bergabung menjadi salah staf dosen Fakultas Teknik. Pada tanggal 19 September 1954 Soewandi diangkat
                                           menjadi Guru Besar Fakultas Teknik UGM pada bidang Ilmu Konstruksi Baja. Ia menyampaikan pidato
                                           pengukuhannya sebagai guru besar pada 19 September 1954 dengan judul “Perkembangan di dalam
                                           Pemakaian Bahan Logam untuk Konstruksi Djembatan dan Faktor-faktor jang  Mempengaruhinja”.
                                           Beberapa dosen asal STT Bandung yang menjadi guru besar UGM adalah Ir. Soenarjo yang diangkat
                                           menjadi Guru Besar UGM pada tahun 1950, Ir. Ali Djojoadinoto menjadi Guru Besar Ilmu Ukur Tanah
                                           pada tahun 1960, serta Herman Johannes menjadi Guru Besar UGM serta kemudian menjadi Dekan
                                           Fakultas Teknik UGM (1951–1956) dan Rektor UGM untuk periode 1961–1966.
                                           Sesudah perang kemerdekaan Ir. R.M. Soewandi Notokoesoemo memilih jalan berkarya di dunia
                                           perguruan tinggi. Seperti telah disinggung di atas, ia menjadi salah satu guru besar di Fakultas Teknik
                                           sejak September 1954. Namun setahun setelah menjadi guru besar ia menerima tawaran menjadi
                                           menteri. Sejak tanggal 12 Agustus 1955 hingga 3 Maret 1956 ia menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran
                                           dan Kebudayaan (PP dan K) pada Kabinet Burhanuddin Harahap. Pada masa kepemimpinannya dapat
                                           dikatakan tidak ada satu kebijakan baru terkait dengan pendidikan, pengajaran, dan bidang kebudayaan
                                           di Kementerian PP dan K. Apalagi program kabinet Burhanuddin Harahap hampir tersita oleh persiapan
                                           pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 1955. Setelah Pemilu
                                           selesai dengan  kemenangan  berada  dalam  genggaman  Partai Nasional Indonesia  (PNI), formatur
                                           pembentukan kabinet baru diserahkan kembali ke Mr. Alisastroamidjojo. Dalam susunan Kabinet Ali
                                           ini Suwandi Notokoesoemo tidak terpilih menjadi Menteri PP dan K. Ia pun kembali ke pekerjaan
                                           sebelumnya, yaitu menjadi Guru Besar UGM. Empat tahun kemudian, tepatnya pada 25 Desember
                                           1960, Prof. Ir. R.M. Suwandi Notokoesoemo meninggal dunia dalam usia 56 tahun.


















                             182  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  183
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199