Page 305 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 305

Mohammad Sanusi Hardjadinata





               Mohammad Sanusi Hardjadinata adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (RI)
               dalam  Kabinet  Ampera  pada  masa  awal Orde  Baru, menggantikan  Dr. Sarino  Mangunpranoto. Ia
               menjabat selama 1 tahun, terhitung mulai 11 Oktober 1967 hingga 6 Juni 1968.



               RIWAYAT HIDUP

               Sanusi anak laki-laki satu-satunya dari empat bersaudara. Ia lahir di Desa Cinta Manik, Kecamatan
               Sukaweni, Kabupaten Garut, pada tanggal 24 Juni 1914. Ayahnya bernama Winatadidjaja, seorang kepala
               desa. Dari pernikahan ayah dengan ibu kandungnya, Taswi, ia memiliki dua saudari kandung, yaitu Siti
               Atika dan Siti Dohaya; sementara dari pernikahan ayahnya dengan Fatimah ia memiliki seorang saudari,
               Siti Naga. 1

               Pada tahun 1922, saat umurnya delapan tahun, Sanusi bersekolah di Sekolah Rakyat (Vervolgschool) di
               Sukamanah, Bogor. Beberapa tahun kemudian ia pindah ke Holland Indische School (HIS) di Garut. Pada
               tahun 1930, setelah menyelesaikan pendidikan di HIS, ia melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
               (MULO, setara sekolah menengah pertama), dan kemudian ke Holland Inlandsche Kweekschool (HIK),
               sekolah pendidikan guru di Tasikmalaya, dan lulus pada tahun 1936. 2

 Masa Jabatan  Setamat dari HIK, Sanusi bekerja sebagai guru di HIS Muhammadiyah di Jl. Kramat, Jakarta. Ia
 11 Oktober 1967 - 6 Juni 1968  memperoleh gaji sebesar f 25 per bulan. Setelah setahun mengabdi di HIS Muhammadiyah Jakarta,
               ia pindah ke Muara Dua, Palembang, dan menjabat sebagai kepala sekolah HIS di kota itu. Meski
               mendapatkan penghasilan yang lebih besar, kehidupan Sanusi di Palembang tidak bertahan lama
               karena ia mengidap penyakit kulit yang susah disembuhkan. Pada tahun 1938 ia memutuskan kembali
               ke Bandung dan mengajar di Perguruan Pasundan, Sukabumi, Jawa Barat. Ia baru sebentar mengajar
               ketika Pemerintah Balatentara Jepang membubarkan sekolah Perguruan Pasundan. Kariernya sebagai
               guru pun terhenti. Ia menjadi wiraswasta dan merintis usaha kecil-kecilan, seperti berjualan bakso
               dan membuka warung kelontong, untuk menghidupi diri dan keluarganya.  Pada tahun-tahun tidak
                                                                                   3
               menentu itu Sanusi bahkan memulai babak rumah tangga dalam kehidupannya. Dari pernikahannya
               ia dianugerahi delapan orang anak, yaitu Sulaiman, Jopi Suhartiwi, Jopi Suhartini, Tati Suhartini, Kiki
               Suharti, Ine Suhartinah, Suharlina, dan Suhartika. 4



               KARIER DI BIDANG PEMERINTAHAN

               Proklamasi Kemerdekaan  Indonesia  menjadi halaman  baru  bagi Sanusi. Setelah  berbakti  di dunia
               pendidikan sebagai guru, ia mulai kiprah di bidang politik. Ia terpilih menjadi anggota Komite Nasional
               Indonesia (KNI) cabang Parahiyangan. Di saat yang sama ia juga aktif dalam organisasi perjuangan
               Barisan Banteng. Berkat pengalamannya sebagai guru dan aktivitasnya di KNI Parahiyangan pada tahun
               1946 Sanusi diangkat menjadi Asisten Residen Garut. Saat Bandung dan kota-kota lain di Jawa Barat
               diduduki Belanda, Sanusi terjun dalam perjuangan gerilya. Pada tahun 1948 Sanusi ditangkap oleh
               Belanda. Setelah itu ia  pindah ke Jawa  Tengah lalu ke Jawa Timur. Di Jawa  Timur Sanusi menjadi
               Pembantu Residen Madiun yang saat itu dijabat oleh Samadikun. Salah satu tugas sebagai pembantu
               residen adalah membenahi pemerintahan sipil yang kacau akibat Peristiwa Madiun. 5

               Seusai menjadi Pembantu Residen Madiun, Sanusi pindah ke Magetan dan di kota ini ia menjadi Pejabat
               Bupati Magetan. Pada saat itu terjadi Agresi Militer Belanda II. Sanusi ditangkap Belanda dan kemudian
               ditahan di Surabaya. Ia baru dibebaskan dan dapat kembali ke Bandung setelah Indonesia dan Belanda




 292  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  293
   300   301   302   303   304   305   306   307   308   309   310