Page 356 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 356
Daoed Joesoef
MASA KECIL DAN PENDIDIKAN
Daoed Joesoef. Demikian nama lengkap Menteri P & K Kabinet Pembangunan III ini. Ia lahir
di Medan tanggal 8 Agustus 1926. Ia meninggal di Jakarta tanggal 23 Januari 2018 dalam usia 91 tahun.
1
Dilihat dari umurnya ia tergolong mantan menteri yang diberi umur panjang. Daoed Joesoef dilahirkan
dari pasangan Moehammad Joesoef dan Siti Jasiah asal Jeron Beteng, Yogyakarta. Dari berbagai literatur
yang tersedia tidak diketahui pasti mengenai sosok kedua orang tua Daoed, namun keberadaannya
pernah dia abadikan dalam sebuah novelnya yang terkenal: Emak. Ayahnya mantan jawara, yang hidup
kesehariannya diisi dengan kegiatan memerah susu sapi, sedangkan Siti Jasiah ibu rumah tangga yang
sederhana, pintar memasak, dan kreatif.
Pasangan Muhammad Joesoef dan Siti Jasiah hanyalah orang kampung yang buta huruf dan tidak
berpendidikan formal, namun kemampuannya membaca huruf Arab sangat baik serta pemahaman
agama dan Al-Quran yang mendalam menjadi bekal kuat dalam mendidik anak-anaknya.
Daoed anak keempat dari lima bersaudara yang bermukim di pinggir hutan Medan. Ia tidak banyak
mengulas ingatannya terhadap tiga kakak perempuan dan satu orang adiknya; tetapi pamannya,
seorang aktivis pergerakan di Medan yang dihukum buang ke Boven Digoel karena dianggap
Masa Jabatan mengacaukan rust en orde, malah lebih membekas di sanuribarinya dan lebih berpengaruh dalam
29 Maret 1978 – 19 Maret 1983 pembentukan dirinya.
Ingatannya pada sosok Siti Jasiah diabadikan ketika Daoed Joesoef berumur 77 tahun. Dalam usia
yang kebanyakan sudah mengalami kepikunan, Daoed Joesoef malah menulis falsafah hidup ibunya,
seorang perempuan kampung yang cenderung terbelakang dalam urusan pendidikan, namun unggul
2
dalam pemahaman keagamaannya. Dalam buku itu ia menulis kisah kegigihan Siti Jasiah yang ingin
belajar naik sepeda, sementara suaminya tidak mengizinkan.
“Nik, kita ini tidak muda lagi,” kata bapak sejenak
kemudian.
“Sejak kapan ada pembatasan umur untuk berkeretangin?”
sambut emak.
“Saya lihat nyonya-nyonya Belanda yang lebih tua
daripada saya naik keretangin ke sana-ke mari. Dan
badannya gemuk-gemuk lagi.”
“Ya itulah, mereka lain sih ....”
“Lain bagaimana? Mereka dan kita sama-sama manusia.
Bedanya kan cuma di warna kulit. Akan saya buktikan
bahwa saya pun bisa berkeretangin seperti perempuan-
3
perempuan Belanda itu.”
344 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 345

