Page 359 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 359
Buku berjudul Emak Daoed Joesoef
Penuntunku dari dalam acara malam
Kampung Darat Sampai anugerah sayembara
Sorbonne karya Daoed Novel Dewan
Joesoef ini menguraikan Kesenian Jakarta di
perjalanan hidup Teater Kecil Taman
Daoed Joesoef dari Ismail Marzuki Jakarta
tanah kelahirannya di tanggal 9 Maret 2007
Sumatra Barat sampai (Sumber: Tempo,
Sorbonne, Prancis tanggal 9 Maret 2007)
(Sumber: Istimewa)
Ayah Daoed beralasan sebenarnya khawatir istrinya menjadi bahan gunjingan istri tetangga. Siti Jasiah
tetap pada pendirian, malah berujar, “Biarkan perempuan-perempuan sini menggunjing di belakang
saya. Heran, kok mereka begitu benci pada kemajuan. Picik bagai katak di bawah tempurung.”
Rasa sayang Daoed kepada ibunya memang dalam. Ia tidak malu-malu menyebut sosok Siti Jasiah-lah
yang membentuk karakternya. Meski keluarga Daoed Joesoef tinggal di pinggir hutan di Medan, namun
ia merasakan sosok ibunya sebagai pengayom dan teladan. Di halaman dua Emak, ia menulis, “Aku
tahu benar bahwa prestasi seperti ini adalah berkat perbuatan banyak orang. Barisan orang-orang ini
ternyata cukup panjang dan di ujung permulaannya tegak berdiri seorang perempuan bertubuh langsing,
semampai, dengan penampilan yang anggun dan wajah mencerminkan ketinggian budi. Perempuan
tersebut adalah ibuku, yang menurut kebiasaan di daerah kelahiranku, biasa kusebut emak.”
Masa kecil hingga remaja Daoed lebih banyak dihabiskan di Medan. Pendidikan dasarnya dilalui di
bangku Holland Inlandsche School (HIS) Medan dan diselesaikan pada tahun 1939. Sejak duduk di
HIS Daoed sudah mahir melukis. Emaknya pun harus merogoh saku cukup dalam, sekadar membeli
peralatan melukis. Keahlian ini kelak dimanfaatkan Daoed untuk mencari uang di perantauan. 4
Setelah menamatkan HIS, Daoed melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), juga di
Medan. Oleh karena pada pertengahan tahun 1942 kekuasaan beralih ke tangan militer Jepang, Daoed
Joesoef menyelesaikan pendidikannya di lembaga yang saat itu dinamai MULO Tjuu Gakko Medan pada
tahun 1944. Tidak diketahui dengan jelas siapa yang membiayai pendidikannya, mengingat kedua orang
tuanya bukanlah dari kalangan yang berkecukupan, apalagi dalam suasana serba susah pada zaman Jepang.
Memasuki masa awal kemerdekaan Daoed Joesoef terjun ke medan juang dan terdaftar sebagai militer
aktif dengan pangkat Letnan Muda. Sampai akhir tahun 1946 ia aktif di Divisi IV Sumatera Timur.
Pada tahun 1950 ia dipindahkan ke Komando Militer Pangkalan Jakarta Raya. Kariernya di dunia
militer berkembang pesat, sampai diangkat menjadi anggota Tim Penasihat Irjenterpra/Asisten Urusan
Angkatan Darat Penguasa Perang Tertinggi periode 1959-1960. Setelah itu ia mengundurkan diri dari
5
dunia militer dengan pangkat terakhir Letnan Dua.
Selama bermukim di Jakarta, Daoed Joesoef melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (FE UI). Pada tahun 1956 ia melakukan riset di Jawa Tengah dengan judul
“Gerakan dan Pemberontakan Koperasi”. Ia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari FE UI pada
tahun 1959. Ia meneruskan ke Program Master Universite de Paris I Pantheon-Sorbonne, Prancis,
tahun 1960. 6
346 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 347

