Page 366 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 366
dan jenjang pendidikan di dalam dan luar sekolah. Ketiga, terpadu merupakan pembinaan secara jelas robekannya kepadanya,” tulis Daoed Joesoef. Ia mengaku tidak suka dengan pengajuan jabatan guru
kaitan fungsional dan hubungan perpindahan antara jenis dan jenjang pendidikan. 15 besar tersebut karena bernuansa menjilat dan memanfaatkan posisinya sebagai Menteri P & K. Akibat
perbuatan itu ia dikucilkan oleh lembaganya.
Pada masa kepemimpinan Daoed Joesoef, Departemen P & K mendapat kucuran dana besar, bahkan
pada tahun terakhir jabatannya sebanyak Rp 1,3 trilyun untuk mewujudkan program-programnya. Hingga Ketika heboh soal kontes berbagai jenis ratu, Daoed Joesoef menyuarakan pendapatnya. Ia termasuk
tahun 1982 telah dibangun 16 Taman Kanak-kanak (TK), 667 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 131 sosok yang tidak menyetujui ajang kontes ratu-ratuan itu. Secara terbuka ia menolak segala jenis
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), 8 Sekolah Teknik Menengah (STM), 7 Sekolah Luar Biasa (SLB), pemilihan miss dan ratu kecantikan. Ketika itu Indonesia memang tengah dilanda demam kontes
dan pemugaran 8 ruang kelas, pembangunan politeknik, pengadaan laboratorium, alat peraga, pengadaan miss dan ratu-ratuan, misalnya “Miss Kacamata Rayban”, “Miss Jengki”, “Miss Fiat”, “Miss Pantai”,
buku ajar lebih dari 2,8 juta eksemplar, penataran terhadap 7.278 guru, serta pemberian beasiswa kepada “Ratu Ayu Daerah”, dan “Ratu Ayu Indonesia”. Kecenderungan ini tampaknya ada hubungan dengan
siswa berprestasi. Khusus untuk yang terakhir ia memberi perhatian yang cukup besar kepada siswa- maraknya kontes ratu-ratuan di tingkat internasional.
siswa Indonesia bagian timur. Pengadaan buku ajar dan peralatan belajar mencakup hampir semua jenjang Daoed Joesoef menilai, “Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu
pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMP, Sekolah Pendidikan Guru Luar Biasa (SPGLB), Sekolah Guru Olah penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan.
Raga (SGO), KPG, dan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP). Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan
Kurangnya tenaga pengajar untuk pendidikan dasar dan menengah juga menjadi perhatian Daoed kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan
Joesoef. Pada 1979 ia menginstruksikan 10 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) negeri, 2 IKIP yang sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementer laki-laki dan
swasta, 12 universitas negeri, dan 2 universitas swasta membuka program diploma akta mengajar kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah. Sebagai ekonom aku tidak a priori anti kegiatan bisnis.
khusus untuk calon-calon guru. Dengan demikian, sejak masa Daoed Joesoef, IKIP diberi prioritas Adalah normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis tidak boleh mengenyampingkan
penting dalam menyediakan calon-calon guru. Dalam kurikulum 1975 Daoed Joesoef melakukan sedikit begitu saja etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan dalih muluk-muluk,
revisi, terutama dalam memunculkan nama mata pelajaran matematika. sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara”.
Daoed Joesoef juga membuka jenjang pendidikan S-2 dan S-3 di UI. Sebagian besar mahasiswa S-2 dan Pandangan Daoed Joesoef cukup kritis, apalagi pelaksanaan berbagai kontes ratu-ratuan tersebut
S-3 merupakan staf pengajar perguruan tinggi. Dengan demikian Daoed Joesoef termasuk menteri secara langsung atau tidak didukung oleh pemeritah, sebab dikaitkan dengan promosi wisata.
yang menaruh perhatian besar pada peningkatan kualitas pengajar di perguruan tinggi.. Kekritisan Daoed Joesoef itu dapat dilihat dari pernyataannya, ”Pendek kata kalau di zaman dahulu
para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang
Perhatiannya pada kebudayaan pun tidak diragukan. Daoed Joesoef melihat ada hubungan yang sangat berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan
erat antara dunia pendidikan dan kebudayaan. Baginya, pusat kebudayaan adalah lingkungan sekolah pilihan untuk turut “meramaikan” pesta kecantikan perempuan di forum internasional.”
mulai SMTA ke bawah. Sekolah sebagai pusat kebudayaan menjadi amat penting untuk membiasakan
pada anak didik menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati, dan mengamalkan Sikap budayanya yang lain, yang juga dianggap kontroversi saat dia menjadi Menteri P&K, adalah
pembelajaran di sekolah. Sekolah dapat dianggap sebagai pusat kebudayaan apabila telah mampu keputusan untuk tidak meliburkan sekolah pada bulan Ramadhan, menolak mengucapkan salam
menciptakan masyarakat belajar, meningkatkan mutu pendidikan, dan menjadi teladan masyarakat. (asalamaualaikum warahmatulallihi wabarakatuh) dalam acara-acara resmi, serta pernah mengusulkan
untuk meniadakan pelajaran Agama Islam di sekolah-sekolah umum.
Sebagai pusat kebudayaan, sekolah menjadi tumpuan pengembangan logika, etika, estetika, dan
praktika. Sehubungan dengan itu budaya yang bisa dan seharusnya dikembangkan di sekolah antara
lain gemar, biasa dan lalu butuh membaca, rajin dan tekun belajar, suka meneliti, gairah menulis
analitis, bertaqwa kepada Tuhan YME, penghayatan dan pengalaman Pancasila, sopan santun serta
berkepribadian, berdisiplin, menghargai seni, dapat menikmati seni, dapat menciptakan karya baru,
menghargai pekerjaan fisik (di samping karya intelektual), terampil dan cekatan, serta mampu
memanfaatkan teknologi. 16
Jauh sebelum menjadi Menteri P & K Daoed Joesoef telah melakukan gebrakan, terutama menarik
perhatian dunia internasional terhadap nasib Candi Brobudur. Sejak menjadi kandidat doktor di
Sorbonne, ia menyuarakan kepada UNESCO tentang pentingnya rehabilitasi peninggalan bersejarah
tersebut. Lima tahun sebelum menjabat Menteri P & K ia ditunjuk merealisasikan dana dari UNESCO
dan memegang tanggung jawab atas proyek pemugaran Candi Brobudur.
Daoed Joesoef pernah menolak gelar Guru Besar yang diberikan UI pada tahun 1978. Kisahnya bermula
pada pertengahan bulan Juni 1978. Dekan FE UI Dr. Djuanedi Hadismuarto datang menemuinya
di Departemen P & K untuk menyerahkan surat Keputusan Dewan Guru Besar FE UI tentang
pengangkatan Daoed Joesoef menjadi profesor. Surat itu perlu persetujuan Menteri Pendidikan,
yang notabene dirinya sendiri. “Setelah membaca isinya, surat itu aku robek-robek dan memberikan
354 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 355

