Page 367 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 367

dan jenjang pendidikan di dalam dan luar sekolah. Ketiga, terpadu merupakan pembinaan secara jelas   robekannya kepadanya,” tulis Daoed Joesoef. Ia mengaku tidak suka dengan pengajuan jabatan guru
 kaitan fungsional dan hubungan perpindahan antara jenis dan jenjang pendidikan. 15  besar tersebut karena bernuansa menjilat dan memanfaatkan posisinya sebagai Menteri P & K. Akibat
               perbuatan itu ia dikucilkan oleh lembaganya.
 Pada masa kepemimpinan Daoed Joesoef, Departemen P & K mendapat kucuran dana besar, bahkan
 pada tahun terakhir jabatannya sebanyak Rp 1,3 trilyun untuk mewujudkan program-programnya. Hingga   Ketika heboh soal kontes berbagai jenis ratu, Daoed Joesoef menyuarakan pendapatnya. Ia termasuk
 tahun 1982 telah dibangun 16 Taman Kanak-kanak (TK), 667 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 131   sosok yang tidak menyetujui ajang kontes ratu-ratuan itu. Secara terbuka ia menolak segala jenis
 Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), 8 Sekolah Teknik Menengah (STM), 7 Sekolah Luar Biasa (SLB),   pemilihan miss dan ratu kecantikan. Ketika itu Indonesia memang tengah dilanda demam kontes
 dan pemugaran 8 ruang kelas, pembangunan politeknik, pengadaan laboratorium, alat peraga, pengadaan   miss dan ratu-ratuan, misalnya “Miss Kacamata Rayban”, “Miss Jengki”, “Miss Fiat”, “Miss Pantai”,
 buku ajar lebih dari 2,8 juta eksemplar, penataran terhadap 7.278 guru, serta pemberian beasiswa kepada   “Ratu Ayu Daerah”, dan “Ratu Ayu Indonesia”. Kecenderungan ini tampaknya ada hubungan dengan
 siswa berprestasi. Khusus untuk yang terakhir ia memberi perhatian yang cukup besar kepada siswa-  maraknya kontes ratu-ratuan di tingkat internasional.
 siswa Indonesia bagian timur. Pengadaan buku ajar dan peralatan belajar mencakup hampir semua jenjang   Daoed Joesoef menilai, “Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu
 pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMP, Sekolah Pendidikan Guru Luar Biasa (SPGLB), Sekolah Guru Olah   penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan.
 Raga (SGO), KPG, dan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP).  Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan
 Kurangnya tenaga pengajar untuk pendidikan dasar dan menengah juga menjadi perhatian Daoed   kosmetika,  pakaian  renang,  rumah  mode,  salon  kecantikan,  dengan  mengeksploitasi  kecantikan
 Joesoef. Pada 1979 ia menginstruksikan 10 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) negeri, 2 IKIP   yang sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementer laki-laki dan
 swasta, 12 universitas negeri, dan 2 universitas swasta membuka program diploma akta mengajar   kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah. Sebagai ekonom aku tidak a priori  anti kegiatan bisnis.
 khusus untuk calon-calon guru. Dengan demikian, sejak masa Daoed Joesoef, IKIP diberi prioritas   Adalah normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis tidak boleh mengenyampingkan
 penting dalam menyediakan calon-calon guru. Dalam kurikulum 1975 Daoed Joesoef melakukan sedikit   begitu saja etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan dalih muluk-muluk,
 revisi, terutama dalam memunculkan nama mata pelajaran matematika.  sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara”.

 Daoed Joesoef juga membuka jenjang pendidikan S-2 dan S-3 di UI. Sebagian besar mahasiswa S-2 dan   Pandangan Daoed Joesoef cukup kritis, apalagi pelaksanaan berbagai kontes ratu-ratuan tersebut
 S-3 merupakan staf pengajar perguruan tinggi. Dengan demikian Daoed Joesoef termasuk menteri   secara  langsung  atau  tidak  didukung  oleh  pemeritah,  sebab  dikaitkan  dengan  promosi  wisata.
 yang menaruh perhatian besar pada peningkatan kualitas pengajar di perguruan tinggi..  Kekritisan Daoed Joesoef itu dapat dilihat dari pernyataannya, ”Pendek kata kalau di zaman dahulu
               para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang
 Perhatiannya pada kebudayaan pun tidak diragukan. Daoed Joesoef melihat ada hubungan yang sangat   berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan
 erat antara dunia pendidikan dan kebudayaan. Baginya, pusat kebudayaan adalah lingkungan sekolah   pilihan untuk turut “meramaikan” pesta kecantikan perempuan di forum internasional.”
 mulai SMTA ke bawah. Sekolah sebagai pusat kebudayaan menjadi amat penting untuk membiasakan
 pada anak didik menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati, dan mengamalkan   Sikap budayanya yang lain, yang juga dianggap kontroversi saat dia menjadi Menteri P&K, adalah
 pembelajaran di sekolah. Sekolah dapat dianggap sebagai pusat kebudayaan apabila  telah mampu   keputusan untuk tidak meliburkan sekolah pada bulan Ramadhan, menolak mengucapkan salam
 menciptakan masyarakat belajar, meningkatkan mutu pendidikan, dan menjadi teladan masyarakat.  (asalamaualaikum warahmatulallihi wabarakatuh) dalam acara-acara resmi, serta pernah mengusulkan
               untuk meniadakan pelajaran Agama Islam di sekolah-sekolah umum.
 Sebagai pusat kebudayaan, sekolah menjadi tumpuan pengembangan logika, etika, estetika, dan
 praktika. Sehubungan dengan itu budaya yang bisa dan seharusnya dikembangkan di sekolah antara
 lain gemar, biasa dan lalu butuh membaca, rajin dan tekun belajar, suka meneliti, gairah menulis
 analitis, bertaqwa kepada Tuhan YME, penghayatan dan pengalaman Pancasila, sopan santun serta
 berkepribadian, berdisiplin, menghargai seni, dapat menikmati seni, dapat menciptakan karya baru,
 menghargai  pekerjaan  fisik  (di  samping  karya  intelektual),  terampil  dan  cekatan,  serta  mampu
 memanfaatkan teknologi. 16

 Jauh sebelum menjadi Menteri P & K Daoed Joesoef telah melakukan gebrakan, terutama menarik
 perhatian dunia internasional terhadap nasib Candi Brobudur. Sejak menjadi kandidat doktor di
 Sorbonne, ia menyuarakan kepada UNESCO tentang pentingnya rehabilitasi peninggalan bersejarah
 tersebut. Lima tahun sebelum menjabat Menteri P & K ia ditunjuk merealisasikan dana dari UNESCO
 dan memegang tanggung jawab atas proyek pemugaran Candi Brobudur.

 Daoed Joesoef pernah menolak gelar Guru Besar yang diberikan UI pada tahun 1978. Kisahnya bermula
 pada pertengahan bulan Juni 1978. Dekan FE UI Dr. Djuanedi Hadismuarto datang menemuinya
 di Departemen P & K untuk menyerahkan surat Keputusan Dewan Guru Besar FE UI tentang
 pengangkatan Daoed Joesoef menjadi profesor. Surat itu perlu persetujuan Menteri Pendidikan,
 yang notabene dirinya sendiri. “Setelah membaca isinya, surat itu aku robek-robek dan memberikan




 354  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  355
   362   363   364   365   366   367   368   369   370   371   372