Page 63 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 63
Mohammad Sjafei
PENDIDIKAN
Mohammad Sjafei lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, pada tahun 1893. Ia anak angkat Ibrahim
Marah Sutan dan Andung Chalijah. Ayah angkat Sjafei, Marah Sutan, seorang pendidik yang memiliki
1
pengalaman mengajar di berbagai daerah dan aktif dalam Indische Partij (IP). Marah Sutan dan Andung
Chalijah merupakan pasangan berpendidikan, bercita-cita besar, dan hidup berpindah-pindah karena
pekerjaannya sebagai guru. Mereka tidak memiliki anak kandung, sehingga di berbagai tempat yang
mereka tempati mereka mengangkat anak yang mempunyai keinginan untuk maju untuk diasuh dan
dididik. Sjafei “ditemukan” ketika Marah Sutan sedang mengajar di Pontianak. Ia sering mendapati Sjafei
kecil turut menyimak pelajaran dari jendela, kadang-kadang ikut bernyanyi, atau sekadar menyimak
pelajaran, terutama pelajaran sejarah. Maka Sjafei pun diangkat dari ibu kandungnya, Sjafiah, yang
bekerja sebagai pedagang kue. 2
Sjafei melanjutkan pendidikan di Kweekschool ‘Sekolah Guru’ (Sekolah Raja) di Bukit tinggi dengan
berbekal sepenggal nasihat ayah angkatnya, “Jadilah engkau jadi engkau.” Marah Sutan menyampaikan
3
pesan tersebut dengan maksud agar Sjafei tetap menjadi dirinya sendiri sekalipun pendidikan dan
lingkungan baru dapat mempengaruhi sikap seseorang. Oleh karena itu ketika harus mempelajari bidang
pendidikan, Sjafei lebih menyukai seni. Ia pandai bermain biola dan melukis. Ia sempat mengajukan
Masa Jabatan permintaan berhenti dari sekolah guru, namum ditolak oleh Direktur J. Lavell. Mendengar aduan
perihal keinginan berhenti tersebut Marah Sutan kembali mengiriminya pesan, “Jadilah engkau jadi
12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946 engkau”. Pesan tersebut disertai dengan kiriman banyak surat kabar, majalah, dan bacaan. Sjafei pun
menjadi lebih banyak membaca sehingga wawasannya terbuka. Bagian-bagian tulisan yang dianggap
penting ditandainya dengan pensil merah.
Setelah enam tahun Sjafei lulus dari Kweekschool. Ia ditawari pemerintah Belanda mengajar di
Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Padang, namun ia memilih mengajar di Kartini School di Jakarta.
Keputusan ini diambil berdasarkan saran dr. Soetomo, Ketua Boedi Oetomo, yang berpendapat bahwa
memberi pendidikan pada anak-anak perempuan di Kartini School memiliki relevansi pada cita-cita
memajukan bangsa Indonesia. 4
Sambil mengajar ia juga menekuni hobinya di bidang seni. Ia mengambil kursus melukis pada de
Graaf, guru gambar di Hogere Burgerschool (HBS). Ia lulus dari kursus tersebut setelah 18 bulan
dengan predikat bagus. Lama-kelamaan ketidaksukaannya menjadi guru berubah, terutama karena
pergaulannya di Partai Insulinde, Boedi Oetomo, dan organisasi Putri Mardika di Jakarta. Ia menyukai
5
mata pelajaran kerajinan tangan, sesuai dengan hobi seninya, dan didukung oleh rekan sesama guru,
Nona C. M. Vanger, guru bahasa Prancis dan kerajinan tangan. Di sisi lain Marah Sutan menganggap
pelajaran kerajinan tangan tidak relevan dengan kebutuhan perempuan Indonesia pada masa itu. Mata
pelajaran kerajinan tangan hanya memuat kegiatan untuk mengsi waktu senggang, seperti menjahit,
menyulam, dan merajut. Pelajaran kerajinan tangan yang relevan dengan kemajuan bangsa, menurut
Marah Sutan, harus produktif dan bernilai ekonomis. Oleh karena itu Sjafei kemudian disekolahkan
1 Asep Yana, “Pendidikan menurut Mohammad Syafei”. Diakses dari: http://asepyana666.blogspot.com/2013/02/pendidikan-menurut-
mohammad-syafei.html. Pada tanggal 17 Mei 2018 pukul 14.32.
2 Navis, A. A. 1996. Filsafat dan Strategi Pendidikan M. Sjafei. Jakarta: PT Grasindo.
3 Ibid, hlm. 17.
4 Ibid, hlm. 18.
5 Ibid.
50 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 51