Page 67 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 67

Lagu Indonesia Subur
                                                                                                             karya Mohammad
                                                                                                             Sjafei
                                                                                                             (Sumber: Biro
                                                                                                             Umum, Sekretariat
                                                                                                             Jenderal,
                                                                                                             Kementerian
 bangsa Indonesia. Hak milisi tersebut harus diatur dalam undang-undang yang disahkan oleh parlemen.         Pendidikan dan
 Usul mosi agar Indonesia memiliki parlemen dalam kongres dikemukakan oleh Sjafei selaku delegasi            Kebudayaan)
 cabang Jakarta. Menurut Sjafei, buat apa bangsa Indonesia ikut membela kekuasaan Belanda apabila
 tidak diberi hak untuk membela bangsa sendiri. Mosi tersebut ditolak pemerintah karena Belanda
 tahu bahwa mosi itu merupakan strategi yang memanfaatkan ketakutan Belanda tentang kemungkinan
 perang dunia akan meluas hingga ke tanah jajahannya. 12

 Pada awal tahun 1916 Sjafei dan Alimin, yang kemudian menjadi tokoh komunis, mengajukan resolusi
 lagi kepada  pemerintah melalui Kongres  Partai Insulinde. Mereka  menginginkan agar anak-anak
 Indonesia diberi kesempatan lebih banyak untuk memperolah pelajaran bahasa Belanda. Pada masa
 itu buku-buku ilmu pengetahuan hanya tersedia dalam bahasa Belanda. Apabila anak-anak Indonesia
 mahir berbahasa Belanda, mereka akan semakin bisa memperluas khazanah penegtahuannya. Namun
 lagi-lagi mosi tersebut ditolak pemerintah.  Pada Kongres Partai Insuline di Semarang tahun 1917
 13
 Sjafei kembali mengajukan usul agar Kongres  membuat resolusi untuk menghapus  sistem  poenale
 sanctie, yaitu sistem kontrak terhadap kuli perkebunan Belanda yang tidak berbeda dengan bentuk
 perbudakan gaya baru yang mengandung ancaman hukum bagi yang melakukan mogok atau lari dari   menyeleksi dan mengarahkan guru-guru sekolah swasta agar memberi pengajaran sesuai dengan
 pekerjaannya. Buruknya sistem tersebut diketahui Sjafei ketika bersama Marah Sutan terlibat dalam   kebijakan pemerintah. Dari sudut pandang kepentingan gerakan nasional, juga Islam, ordonansi itu
 usaha menggagalkan pengangkutan buruh gelap dan perdagangan perempuan. Usulan tersebut, lagi-lagi,   dicurigai sebagai upaya pemerintah menghambat kehendak rakyat Indonesia mencapai kemajuan
 tak digubris pemerintah.  Pada tahun 1918, ketika gubernur jenderal dijabat Graaf van Limburg Stirum,   melalui pendidikan, tetapi ordonansi itu bagi INS bukan masalah karena secara administratif INS
 14
 sistem  ponarie sanctie dihapus dan dibentuk Volksraad. Sjafei ditawari menjadi anggota Volksraad,   akan  dapat  menunaikan  peraturan  itu.  Meski  demikian,  mengingat  watak  kolonialisme  Belanda
 namun ia menolak karena merasa percuma duduk di kursi dewan yang didominasi oleh Belanda. Usul-  yang bersifat  “minta  sedikit  tapi mengambil  banyak” serta dampak  negatif  pada umumnya
 usulnya pada akhirnya akan ditolak juga.  terhadap  pergerakan  pendidikan  bangsa  Indonesia,  Sjafei  tidak  dapat  menerima  ordonansi  itu.

 Pada tahun 1925 ketika kembali ke Jakarta, ia dan ayahnya sepakat untuk bergerak di bidang pendidikan   Ketika ordonansi diumumkan Sjafei pergi menemui Marah Sutan di Jakarta untuk menentukan
 saja dan tidak di politik. Kegiatan dalam gerakan politik mereka tinggalkan berdasarkan pertimbangan   sikap. Keduanya mendapat usul Muhammad Yamin agar menemui Ki Hadjar Dewantara. Yamin
 bahwa gerakan politik yang semula bertujuan untuk mencapai kemerdekaan beralih pada perebutan   mengatakan tanpa keikutsertaan Ki Hadjar Dewantara bobot aksi akan lemah. Taman Siswa yang
 kepemimpinan dalam partai. Terjadi banyak sengketa yang menimbulkan perpecahan antarsesama   telah hadir di berbagai daerah merupakan suatu kekuatan yang tidak dimiliki oleh perguruan
 pemimpin  politik  serta  pengikutnya. Bersandar  pada  kekuatan  politik tertentu dalam  membangun   swasta lain yang merupakan perguruan bersifat lokal. Pada mulanya Ki Hadjar Dewantara menolak
 suatu lembaga pendidikan hanya akan menumbuhkan banyak lawan, sementara itu pemerintah anti   memimpin aksi tersebut, akan tetapi Sjafei meyakinkan bahwa program pendidikan nasional telah
 terhadap politik.   menjadi resolusi Perhimpunan Indonesia pada 1922 di Belanda. Tanpa memajukan pendidikan
               tidak mungkin memajukan bangsa dan mencapai cita-cita bangsa yang adil dan makmur. Akhirnya
 Walapun  telah  diusahakan  agar  terhindar  dari percaturan  politik, Sjafei tetap  tidak  lepas  dari   Ki Hajar mengirim telegram kepada Gubernur Jenderal yang berisi penentangannya pada ordonansi itu.
 “pertempuran” kaum politisi yang sedang berseteru. Saat INS didirikan, situasi politik di Sumatera   Ketika Sjafei dan Marah Sutan menemui Ki Hadjar Dewantara Taman Siswa akan menyelenggarakan
 Barat sedang panas-panasnya. Ia sangat berhati-hati berhadapan dengan gerakan politik mana pun demi   konferensi. Sjafei diminta memberi ceramah tentang sistem pendidikan INS. Pada kesimpulannya
 memelihara kelanjutan cita-cita pendidikannya. Ia khawatir apabila INS terlibat ke dalam organisasi   sistem INS disebut sebagai “arbijdschool”, sedangkan Taman Siswa “zending school”. 16
 politik, pemerintah akan bertindak dan sulit diduga. 15
               Ketika Jepang menduduki Sumatera Barat kebetulan Soekarno sedang “terdampar” di Padang
 Sikap  kalangan  madrasah  pun  terhadap  Sjafei berubah  ketika  melakukan  aksi bersama  mengenai   karena tak sempat dilarikan Belanda dari Bengkulu ke suatu tempat di utara Sumatera. Oleh karena
 “ordonansi sekolah liar”. Dalam rapat yang dihadiri oleh hampir seluruh sekolah swasta di Sumatera   itu Soekarno tampil menghimpun massa dan di bawah pimpinannya mendirikan Komite Rakyat
 Barat Sjafei berkata, “Kami lebih memilih menutup perguruan INS daripada menerima ordonansi itu.”   di  Padang,  suatu  badan  yang  fungsi  formalnya  membantu  menjaga  keamanan.  Setelah  Soekarno
 Sejak saat itu berbagai perguruan Islam melakukan banyak kerja sama dengan INS.   berangkat  ke  Jakarta  beberapa  bulan  kemudian,  Sumatera  Barat  seperti  mengalami  kekosongan
               pemimpin. Orang-orang melihat Sjafei sebagai sosok yang dapat memainkan peran sebagai tokoh
 Sejak  tahun  1922  pemerintah  mulai  mengkhawatirkan  perkembangan  perguruan  swasta,
 terutama terhadap perguruan Cina yang lebih berorientasi pada negeri leluhurnya. Oleh karena   utama. Bisa jadi pilihan yang lebih baik dari kalangan politisi, karena selama ini ia dianggap tidak
 itu pemerintah merencanakan peraturan yang terkenal sebagai “guru ordonansi”, yang bertujuan   terlibat dalam perseteruan. Sjafei bukanlah sosok yang buta politik, melainkan lebih merupakan
               seorang ideologis daripada seorang politisi. Kepadanya orang lebih mengharapkan sebagai “imam”
 12    Ibid, hlm 27.  daripada  seorang  penggerak  organisasi.  Ketika  situasi  Perang  Pasifik  mulai  menyulitkan  Jepang,

 13    Ibid.   dibentuklah suatu lembaga perwakilan, Syu Sang Kai, dan Sjafei diangkat sebagai ketua. Saat Jepang
               mulai di ambang kekalahan, dibentuk lagi suatu perwakilan yang bersifat kedaerahan Sumatera,
 14    Ibid.
 15    Ibid, hlm. 29-31.  16    Ibid, hjm. 30-34.




 54  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  55
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72