Page 64 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 64

Mohammad Sjafei
                                                                                                                                                                                                                                                                bersama teman-
                                                                                                                                                                                                                                                                temannya ketika
                                                                                                                                                                                                                                                                bersekolah di
                                                                                                                                                                                                                                                                Kweekschool
                                                                                                                                                                                                                                                                (Sumber: Istimewa)
                                           ke pusat kerajinan di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya dan Bogor. Materi kerajinan tangan yang dibawa
                                           oleh Sjafei dari hasil kursusnya mendapat sambutan baik dari pimpinan sekolah, Nyonya Evenhuis. Hasil
                                           kerajinan tangan murid-murid Kartini School mendapat banyak pujian saat dipamerkan di kongres
                                           NIOG di Jakarta.

                                           Sjafei kemudian melanjutkan pendidikan ke Belanda  dengan  menggunakan tabungannya sebagai
                                           biaya. Rencana semula ia akan menempuh pendidikan untuk mendapatkan akta utama atau hoofdacte,
                                           tetapi kemudian dialihkan pada kursus, seperti kerajinan tangan, musik, dan melukis. Ia merasa
                                           telah memiliki ilmu keguruan dan kemampuan mengajar yang didapatkannya selama bersekolah di
                                           Kweekschool ditambah dengan pengalaman mengajar di Kartini School. Lagi pula akta hoofdacte
                                           hanya berguna untuk menjadi guru di sekolah negeri. Meskipun jabatan dan gaji lebih tinggi, tetapi
                                           sistem dan metode pendidikan di sekolah pemerintah tidak akan mengangkat harkat dan martabat
                                                                                                        6
                                           bangsa sebagai manusia yang mandiri dalam negara yang merdeka;  padahal tujuan utamanya pergi
                                           ke Belanda untuk mempelajari bagaimana dinamika bangsa tersebut sehingga menjadi maju dan kuat.
                                           Itu  pula  sebabnya  selama  di  Belanda  ia  mengunjungi  pusat-pusat  industri  dan  sekolah  kerajinan.
                                           Dalam mengisi waktu senggangnya ia menulis buku pelajaran membaca Arab dan Latin untuk sekolah                         pendidikan  bertumpu  pada  Ketuhanan  dan  Nasionalisme.  Ia  menolak  subsidi  yang  diberikan  oleh
                                           rendah.                                                                                                                pemerintah untuk pembiayaan dan lebih memilih membiayai sekolah tersebut dengan hasil penjualan

                                           Di samping mempelajari industri serta mengunjungi pusat-pusat kerajinan tangan Sjafei juga aktif di                    buku-buku yang ditulisnya. Ia mendapat dana tambahan berupa sumbangan dari ayahnya, para donatur,
                                           Indonesisc Vereeniging dan menjadi redaktur rubrik pendidikan pada majalah organisasi tersebut.                        dan penggalangan dana melalui acara pertandingan olah raga atau pelelangan karya seni karya murid-
                                           Mohammad  Hatta  yang  enam bulan lebih dulu berada  di Belanda  merasa  heran Sjafei ke Belanda                       muridnya. Ia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan bahasa Inggris sebagai
                                           untuk mempelajari kerajinan tangan, padahal di hampir seluruh wilayah Indonesia  sudah memiliki                        bahasa asing yang wajib dipelajari.
                                           kerajinan rakyat. Mengapa harus jauh-jauh ke Belanda? Menurut Sjafei, pelajaran kerajinan tangan dan                   INS Kayu Tanam lahir karena saat itu corak pendidikan Barat hanya mementingkan segi intelektual
                                           pendidikan kerajinan tangan berbeda. Pelajaran kerajinan tangan dapat diberikan melalui kursus atau                    dan bercorak verbalistis, sehingga hanya menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki wawasan
                                           pelatihan, yang fungsinya sebagai keterampilan tenaga kerja; sedangkan pendidikan kerajinan tangan                     pendidikan rendah.  Sekolah INS Kayu Tanam terkenal di Kota Padang karena merupakan sekolah
                                                                                                                                                                                   10
                                           berfungsi untuk membangkitkan minat kerajinan dan kemauan bekerja. Karena itulah ia ke Belanda                         pribumi yang memiliki fasilitas memadai. Uniknya, INS Kayu Tanam juga bekerjasama dengan
                                           untuk mencari sistem dan metode pendidikan kerajinan. 7
                                                                                                                                                                  organisasi buruh (VBPSS) dan para perantau Minangkabau di Jakarta. Pada awal pendirian INS Kayu
                                           Sjafei akrab dengan Hatta dan sering berdiskusi. Mereka menemukan pandangan yang sama bahwa                            Tanam memiliki 75 siswa. Ketika Perang Dunia II pecah INS Kayutaman diduduki paksa oleh Belanda
                                           bangsa yang merdeka adalah bangsa yang terdidik sebagai bangsa yang merdeka. Bukan hanya oleh                          dan pada masa pendudukan Jepang namanya diubah menjadi Indonesische Nippon School oleh
                                           semangatnya saja, tetapi juga oleh kadar intelektual dan kemampuan menjadi bangsa yang mandiri                         Pemerintah Pendudukan.
                                           di bidang ekonomi. Ekonomi dapat digerakkan melalui industri. Industri hanya dapat dikelola oleh                       Selain di bidang pendidikan Sjafei juga berperan pada dunia politik. Kepeduliannya terhadap politik
                                           bangsa yang memiliki mental rajin, ulet, teliti, dan disiplin. Berangkat dari pemikiran tersebut Hatta                 tumbuh—lagi-lagi karena didikan Marah Sutan—bermula dari membaca tulisan-tulisan Tjipto
                                           mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI), atau yang dikenal sebagai PNI Baru, dan Sjafei                         Mangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat, dan Douwes Dekker, pendiri Indische Partij (IP) yang dimuat
                                           mendirikan Indonesische Nederlandsche School (INS) di Kayutanam. 8
                                                                                                                                                                  dalam majalah  Hindia Poetra, yang dikirim secara teratur oleh Marah Sutan ketika Sjafei masih di
                                                                                                                                                                  Sekolah Raja. Pada awal pendiriannya IP sangat terkenal karena semboyan perjuangan yang secara
                                           INS KAYU TANAM DAN PERGERAKAN                                                                                          terang-terangan menyerukan kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Sementara organisasi lain hanya
                                                                                                                                                                  bertujuan untuk “kemajuan yang selaras bagi nusa dan bangsa” sehingga dinilai terlalu “lembek”. Saat
                                           Pada tahun 1925 Sjafei menyelesaikan pendidikannya di Belanda dan mendapat tawaran dari pemerintah                     ketiga  tokoh  tersebut  dibuang  oleh  Pemerintah  Hindia  Belanda, IP  menjelma  dengan  nama  Partai
                                           Hindia Belanda menjadi Ajunct Inspektur pendidikan, namun tawaran tersebut ditolak dengan alasan ia                    Insulinde. Sjafei menjadi anggota aktif partai tersebut setelah menamatkan sekolah dan menetap di
                                           ingin mendirikan sekolah yang sesuai dengan jiwa dan kebudayaan Indonesia. 9
                                                                                                                                                                  Jakarta. Ia menjadi pengurus cabang Jakarta bersama Marah Sutan dengan fungsi tambahan sebagai
                                           Sjafei mendirikan Indonesische Nederland School (INS) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu                             koordinator seluruh cabang di luar Pulau Jawa. 11
                                           Tanam, Sumatera Barat, sehingga kemudian dikenal dengan Sekolah INS Kayu Tanam, dengan sistem
                                                                                                                                                                  Sjafei juga menjadi anggota aktif Boedi Oetomo dan menulis banyak artikel untuk majalah organisasi
                                           6  Ibid, hal. 20                                                                                                       tersebut. Pada Kongres Boedi Oetomo bulan Agustus 1915 di Bandung, sehubungan dengan kemungkinan
                                                                                                                                                                  Perang Dunia merembes ke Indonesia, ada mosi kepada pemerintah agar diberikan hak milisi kepada
                                           7     Ibid, hlm. 21.

                                           8     Ibid.                                                                                                            10  Kemdikbud RI, “INS Kayu Tanam (1926)” Diakses dari: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/INS_Kayutanam. Pada 17
                                                                                                                                                                     Agustus 2018 pukul 16.54
                                           9     Kanalbaca. “Biografi Mohammad Sjafei” Diakses dari: http://kanalbaca.com/lectura/biografi-mohammad-sjafei/, pada 6 November
                                              2018,pukul 14.03 WIB.                                                                                               11    Ibid, hlm. 25-26.




                             52   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  53
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69