Page 66 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 66

Lagu Indonesia Subur
                                                                                                                                                                                                                                                                karya Mohammad
                                                                                                                                                                                                                                                                Sjafei
                                                                                                                                                                                                                                                                (Sumber: Biro
                                                                                                                                                                                                                                                                Umum, Sekretariat
                                                                                                                                                                                                                                                                Jenderal,
                                                                                                                                                                                                                                                                Kementerian
                                           bangsa Indonesia. Hak milisi tersebut harus diatur dalam undang-undang yang disahkan oleh parlemen.                                                                                                                  Pendidikan dan
                                           Usul mosi agar Indonesia memiliki parlemen dalam kongres dikemukakan oleh Sjafei selaku delegasi                                                                                                                     Kebudayaan)
                                           cabang Jakarta. Menurut Sjafei, buat apa bangsa Indonesia ikut membela kekuasaan Belanda apabila
                                           tidak diberi hak untuk membela bangsa sendiri. Mosi tersebut ditolak pemerintah karena Belanda
                                           tahu bahwa mosi itu merupakan strategi yang memanfaatkan ketakutan Belanda tentang kemungkinan
                                           perang dunia akan meluas hingga ke tanah jajahannya. 12

                                           Pada awal tahun 1916 Sjafei dan Alimin, yang kemudian menjadi tokoh komunis, mengajukan resolusi
                                           lagi kepada  pemerintah melalui Kongres  Partai Insulinde. Mereka  menginginkan agar anak-anak
                                           Indonesia diberi kesempatan lebih banyak untuk memperolah pelajaran bahasa Belanda. Pada masa
                                           itu buku-buku ilmu pengetahuan hanya tersedia dalam bahasa Belanda. Apabila anak-anak Indonesia
                                           mahir berbahasa Belanda, mereka akan semakin bisa memperluas khazanah penegtahuannya. Namun
                                           lagi-lagi mosi tersebut ditolak pemerintah.  Pada Kongres Partai Insuline di Semarang tahun 1917
                                                                                  13
                                           Sjafei kembali mengajukan usul agar Kongres  membuat resolusi untuk menghapus  sistem  poenale
                                           sanctie, yaitu sistem kontrak terhadap kuli perkebunan Belanda yang tidak berbeda dengan bentuk
                                           perbudakan gaya baru yang mengandung ancaman hukum bagi yang melakukan mogok atau lari dari                            menyeleksi dan mengarahkan guru-guru sekolah swasta agar memberi pengajaran sesuai dengan
                                           pekerjaannya. Buruknya sistem tersebut diketahui Sjafei ketika bersama Marah Sutan terlibat dalam                      kebijakan pemerintah. Dari sudut pandang kepentingan gerakan nasional, juga Islam, ordonansi itu
                                           usaha menggagalkan pengangkutan buruh gelap dan perdagangan perempuan. Usulan tersebut, lagi-lagi,                     dicurigai sebagai upaya pemerintah menghambat kehendak rakyat Indonesia mencapai kemajuan
                                           tak digubris pemerintah.  Pada tahun 1918, ketika gubernur jenderal dijabat Graaf van Limburg Stirum,                  melalui pendidikan, tetapi ordonansi itu bagi INS bukan masalah karena secara administratif INS
                                                                14
                                           sistem  ponarie sanctie dihapus dan dibentuk Volksraad. Sjafei ditawari menjadi anggota Volksraad,                     akan  dapat  menunaikan  peraturan  itu.  Meski  demikian,  mengingat  watak  kolonialisme  Belanda
                                           namun ia menolak karena merasa percuma duduk di kursi dewan yang didominasi oleh Belanda. Usul-                        yang bersifat  “minta  sedikit  tapi mengambil  banyak” serta dampak  negatif  pada umumnya
                                           usulnya pada akhirnya akan ditolak juga.                                                                               terhadap  pergerakan  pendidikan  bangsa  Indonesia,  Sjafei  tidak  dapat  menerima  ordonansi  itu.

                                           Pada tahun 1925 ketika kembali ke Jakarta, ia dan ayahnya sepakat untuk bergerak di bidang pendidikan                  Ketika ordonansi diumumkan Sjafei pergi menemui Marah Sutan di Jakarta untuk menentukan
                                           saja dan tidak di politik. Kegiatan dalam gerakan politik mereka tinggalkan berdasarkan pertimbangan                   sikap. Keduanya mendapat usul Muhammad Yamin agar menemui Ki Hadjar Dewantara. Yamin
                                           bahwa gerakan politik yang semula bertujuan untuk mencapai kemerdekaan beralih pada perebutan                          mengatakan tanpa keikutsertaan Ki Hadjar Dewantara bobot aksi akan lemah. Taman Siswa yang
                                           kepemimpinan dalam partai. Terjadi banyak sengketa yang menimbulkan perpecahan antarsesama                             telah hadir di berbagai daerah merupakan suatu kekuatan yang tidak dimiliki oleh perguruan
                                           pemimpin  politik  serta  pengikutnya. Bersandar  pada  kekuatan  politik tertentu dalam  membangun                    swasta lain yang merupakan perguruan bersifat lokal. Pada mulanya Ki Hadjar Dewantara menolak
                                           suatu lembaga pendidikan hanya akan menumbuhkan banyak lawan, sementara itu pemerintah anti                            memimpin aksi tersebut, akan tetapi Sjafei meyakinkan bahwa program pendidikan nasional telah
                                           terhadap politik.                                                                                                      menjadi resolusi Perhimpunan Indonesia pada 1922 di Belanda. Tanpa memajukan pendidikan
                                                                                                                                                                  tidak mungkin memajukan bangsa dan mencapai cita-cita bangsa yang adil dan makmur. Akhirnya
                                           Walapun  telah  diusahakan  agar  terhindar  dari percaturan  politik, Sjafei tetap  tidak  lepas  dari                Ki Hajar mengirim telegram kepada Gubernur Jenderal yang berisi penentangannya pada ordonansi itu.
                                           “pertempuran” kaum politisi yang sedang berseteru. Saat INS didirikan, situasi politik di Sumatera                     Ketika Sjafei dan Marah Sutan menemui Ki Hadjar Dewantara Taman Siswa akan menyelenggarakan
                                           Barat sedang panas-panasnya. Ia sangat berhati-hati berhadapan dengan gerakan politik mana pun demi                    konferensi. Sjafei diminta memberi ceramah tentang sistem pendidikan INS. Pada kesimpulannya
                                           memelihara kelanjutan cita-cita pendidikannya. Ia khawatir apabila INS terlibat ke dalam organisasi                    sistem INS disebut sebagai “arbijdschool”, sedangkan Taman Siswa “zending school”. 16
                                           politik, pemerintah akan bertindak dan sulit diduga. 15
                                                                                                                                                                  Ketika Jepang menduduki Sumatera Barat kebetulan Soekarno sedang “terdampar” di Padang
                                           Sikap  kalangan  madrasah  pun  terhadap  Sjafei berubah  ketika  melakukan  aksi bersama  mengenai                    karena tak sempat dilarikan Belanda dari Bengkulu ke suatu tempat di utara Sumatera. Oleh karena
                                           “ordonansi sekolah liar”. Dalam rapat yang dihadiri oleh hampir seluruh sekolah swasta di Sumatera                     itu Soekarno tampil menghimpun massa dan di bawah pimpinannya mendirikan Komite Rakyat
                                           Barat Sjafei berkata, “Kami lebih memilih menutup perguruan INS daripada menerima ordonansi itu.”                      di  Padang,  suatu  badan  yang  fungsi  formalnya  membantu  menjaga  keamanan.  Setelah  Soekarno
                                           Sejak saat itu berbagai perguruan Islam melakukan banyak kerja sama dengan INS.                                        berangkat  ke  Jakarta  beberapa  bulan  kemudian,  Sumatera  Barat  seperti  mengalami  kekosongan
                                                                                                                                                                  pemimpin. Orang-orang melihat Sjafei sebagai sosok yang dapat memainkan peran sebagai tokoh
                                           Sejak  tahun  1922  pemerintah  mulai  mengkhawatirkan  perkembangan  perguruan  swasta,
                                           terutama terhadap perguruan Cina yang lebih berorientasi pada negeri leluhurnya. Oleh karena                           utama. Bisa jadi pilihan yang lebih baik dari kalangan politisi, karena selama ini ia dianggap tidak
                                           itu pemerintah merencanakan peraturan yang terkenal sebagai “guru ordonansi”, yang bertujuan                           terlibat dalam perseteruan. Sjafei bukanlah sosok yang buta politik, melainkan lebih merupakan
                                                                                                                                                                  seorang ideologis daripada seorang politisi. Kepadanya orang lebih mengharapkan sebagai “imam”
                                           12    Ibid, hlm 27.                                                                                                    daripada  seorang  penggerak  organisasi.  Ketika  situasi  Perang  Pasifik  mulai  menyulitkan  Jepang,

                                           13    Ibid.                                                                                                            dibentuklah suatu lembaga perwakilan, Syu Sang Kai, dan Sjafei diangkat sebagai ketua. Saat Jepang
                                                                                                                                                                  mulai di ambang kekalahan, dibentuk lagi suatu perwakilan yang bersifat kedaerahan Sumatera,
                                           14    Ibid.
                                           15    Ibid, hlm. 29-31.                                                                                                16    Ibid, hjm. 30-34.




                             54   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  55
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71