Page 142 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 142

Namun  sebelumnya,  penulis  perlu  menjelaskan
            bahwa  Syahrur  dalam  mengkaji  makna-makna  yang
            terkandung  dalam  teks  (ayat-ayat)  Al-Qur’an  melalui
            metode yang disebutnya dengan tarti>l.  Menurut Syahru>r
            bahwa ayat-ayat Al-Qur’an umumnya mengandung tema-

            tema tertentu yang bisa dibaca secara tarti>l dengan cara
            mengurutkan  dan  menghubungkan  ayat-ayat  tersebut
            secara  tematis  maka  akan  melahirkan  pandangan  yang
            objektif dan komprehensif. 218
                    Adapun  landasan  Syahru>r  menerapakan  metode

            tarti>l ini  yaitu  untuk  menjustifikasi  teori-teori  dan
            prakonsepsi-prakonsepsi  yang  sudah  lama  dibangun
            sebelumnya.  Sehingga  itu  yang  menyebabkan  terjadi
            pemaksaan  gagasan  non-Qur’ani  serta  penafsiran  yang
            mengabaikan konteks itu sendiri.

                     Perangkat  metode  ini  menurutnya,  memperoleh
            justifikasi dari Q.S. al-Muzammil: 4
                                             ۗ
                                                   ٰ
                                               ً لاْيِت ْ رَت َنا ْ رُقْلا لِِّت َ ر َ و ِهْيَلَع ْد ِ ز  ْ وَا
                                                       ِ
                    “Dan  bacalah  al-Qur`an  itu  secara  tartil”.  (al-
            Muzammil/73:4).
                    Berbeda  dari  ulama  pada  umumnya  yang
            menafsirkan tartil dengan membaca (tilawah), tarti>l, yang

            berasal  dari  akar  kata  al-ratl yang  artinya  barisan  pada
            urutan  tertentu,  ditafsirkan  Syahru>r  dengan  mengambil



            218 Muhammad   Syahru>r,   Al-Kita>b   wa   al-Qur’a>n;   Qira’a>h
                  Mu’as}irah…hlm. 198.

                                       128
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147