Page 179 - Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A
P. 179
(tambahan huruf), baik itu yang tsulasi (fi’il dari tiga
huruf) maupun ruba’i (fi’il dari empat huruf). Dengan
penambahan huruf pada fi’il akan berimplikasi pada
perubahan makna. Oleh karenanya kata balaga dengan kata
ablaga berbeda pada penekanan “penyampiannya”. Pada
kata balaga (غلب) yang ditambah dengan huruf hamzah (أ )
akan membentuk kata kerja transitif yang membutuhkan
kepada maf’ul (هب لوعفم) sebagai sasaran atau objek fi’il.
261
Sehingga pada kata غلب ,mengindikasikan bahwa seorang
informan hanya menyampaikan informasi kepada
pendengan (mukha>tab) tanpa ada beban tanggung jawab
bagi informan, bahwa apa yang disampaikan tersebut
benar-benar dipahami oleh pendengar atau tidak.
Sementara kata غلبأ, menganduk arti bahwa informasi yang
disampaikan informan harus benar-benar difahami dan
dapat dilaksanakan oleh pendengar (mukha>tab), karena itu
menjadi beban dan tanggung jawab dari informan itu
sendiri. 262
Syahru>r kemudian memberikan penguraian
mengenai kedua kosa kata Inza>l dan Tanzi>l serta
memberikan rasionalisasi terhadap riwayat Ibn Abba>s yang
menurutnya masih memiliki konotasi tahayyul. Kata inza>l
yang berasal dari kata kerja anzala yang sebelumnya
difahami dengan penurunan wahyu Tuhan, menurut
261 Abdullah Ad-Danzaqi, Matnu al-Bina’ wa al-Asa>s,
Surabaya:Maktabah Hikmah, t.th., hlm. 14.
262 Muhamad Syahru>r, Prinsip dan Dasar Hermeneutika Al-Qur’an
Kontemporer…hlm. 195.
165