Page 30 - Fiqih Menghadapi Wabah Penyakit
P. 30
30 | P a g e
shaf-shaf lainnya.
Hanya saja, di samping hukum taswiyatus shaf
adalah sunnah, para ulama sepakat bahwa jika hal ini
ditinggalkan, shalat berjamaah tetaplah sah, selama
makmum yang terputus shafnya berada di dalam
masjid, serta dapat mengikuti shalatnya imam.
Terlebih jika direnggangkannya shaf ini didasarkan
kepada suatu kedaruratan, seperti adanya himbauan
untuk melakukan social distancing (pembatasan
jarak interaksi antar manusia) di tengah
mewabahnya virus menular.
Imam an-Nawawi berkata dalam kitabnya, al-
Majmu’ Syarah al-Muhazzab (hlm. 4/308):
ِ
ِ
ِ
ح صي لب لئاح نُ ُي َ لَ اذإ فوفصلا ُ لاصِّ تا ُ طر تشي َ ل
ُ
َ
َ
َ َ ر َ َ
َ
َ ُ
ِ
ِ ِ
. عارذ ةئامثلَ يلع امهنيب ام دزي َ لَ اذإ ءادتقلا
َ
َ
َ
ُ
Tidak disyaratkan tersambungnya shaf, jika antara
makmum dan jamaah shalat tidak ada
penghalang. Dan bahkan shalat berjamaah tetap
sah jika anatar shaf tidak lebih dari 300 hasta.
Imam al-Mardawi berkata dalam kitabnya al-
Inshaf fi Ma’rifah ar-Rajih min al-Khilaf (hlm. 2/293):
لب فوفصلا لاصتا طترشي لف .دجسِلما ف ناك نإف
.فلخ
Maka jika makmum tetap di masjid. Tidaklah
disyaratkan tersambungnya shaf, tanpa adanya
muka | daftar isi