Page 11 - Sinar Tani Edisi 4088
P. 11
A GRI W ACA N A Edisi 28 Mei - 3 Juni 2025 | No. 4088 Tahun LV 11
Penyuluh Pertanian,
Penjaga Gagasan dan Aksi Brigade Pangan
Oleh
Warsana, SP.M.Si., MP
Penyuluh Pertanian Ahli I utama di BRMP Jawa Tengah
etahanan pangan bukan di 16 provinsi dengan total lahan mereka bisa dikerahkan untuk agar program ini tetap relevan dan
lagi sekadar jargon kelolaan mencapai 230.800 hektar. menjamin ketersediaan pangan berdaya guna.
kebijakan. Di tengah Dukungan sarana seperti 2.347 unit di daerah terdampak. Selain itu, Brigade Pangan bukan sekadar
ancaman perubahan alat dan mesin pertanian turut mem anggota brigade diberi akses ke program pemerintah. Ia adalah
iklim, alih fungsi lahan, perkuat langkah mereka di lapangan. pembiayaan seperti Kredit Usaha gerakan bersama yang melibatkan
Kdan krisis pangan global, Namun, keberhasilan program Rakyat (KUR) agar kegiatan mereka anak muda, penyuluh, pemerintah,
upaya menjaga pangan nasional ini tidak lepas dari sinergi berbagai bisa terus berjalan secara mandiri. dan masyarakat. Ia bukan hanya soal
adalah panggilan sejarah. Dan pihak. Brigade Pangan tidak berdiri Tentu saja, seperti program menanam padi, tetapi juga menanam
menariknya, solusi dari persoalan sendiri. Di balik gerakan ini ada lainnya, Brigade Pangan juga harapan. Dalam konteks global yang
pelik ini tidak datang dari gedung peran penting penyuluh pertanian meng hadapi tantangan. Mulai dari penuh ketidakpastian, kemandirian
gedung tinggi, tetapi dari sawah sebagai penggerak, fasilitator, dan keberlanjutan program, rendah pangan adalah kekuatan. Dan anak
dan ladang yang dikelola oleh pendamping. Para penyuluh mem nya minat generasi muda, hingga muda adalah motor utamanya.
tangantangan muda: mereka yang bantu pembentukan kelompok, mem persoalan teknis seperti peme Mari kita dukung gerakan ini.
tergabung dalam Brigade Pangan. berikan pelatihan teknologi budidaya, liharaan alsintan dan akses pasar. Karena menjaga pangan berarti
Brigade Pangan adalah salah satu menyambungkan akses pembiayaan, Tapi setiap tantangan memiliki menjaga masa depan. Bersama
terobosan strategis Kementerian hingga menjembatani petani dengan solusi. Kebijakan jangka panjang, Brigade Pangan, kita tidak
Pertanian dalam menjawab tan pasar. Lebih dari itu, mereka menjadi insentif ekonomi nyata, pelatihan hanya mengolah lahan, tapi juga
tangan ketahanan pangan nasional motivator yang menanamkan ber kelanjutan, serta digitalisasi membangun ketahanan, keman
yang semakin kompleks. Program semangat bahwa ber tani adalah pemasaran menjadi langkah penting dirian, dan masa depan bangsa.
ini tidak hanya berfokus pada pilihan profesi yang men janjikan.
peningkatan produksi pangan utama Mengapa Brigade Pangan begitu
seperti beras, tetapi juga menyasar penting? Pertama, karena regenerasi
dua hal penting: regenerasi petani petani tak bisa ditunda. Ratarata
muda dan modernisasi pertanian. Di usia petani di Indonesia kini di atas
tengah ancaman perubahan iklim, 45 tahun, sementara minat generasi
krisis pangan global, dan semakin muda terhadap pertanian masih
menyusutnya jumlah petani aktif, rendah. Brigade Pangan hadir
kehadiran Brigade Pangan menjadi dengan pendekatan baru yang lebih
solusi nyata yang menyentuh akar relevan dengan gaya hidup generasi
per soalan. milenial dan Gen Z. Kedua, pertanian
Program ini membentuk kelom tak bisa lepas dari modernisasi.
pok tani milenial dengan maksimal 15 Dengan mekanisasi, digital farming,
anggota per brigade, yang didorong dan teknologi presisi, produktivitas
untuk mengelola lahan secara dan efisiensi pertanian meningkat.
profesional dengan pendekatan Ketiga, pengelolaan lahan tidur
teknologi. Tidak hanya mengolah menjadi solusi konkret untuk
sawah biasa, Brigade Pangan juga memperluas areal tanam tanpa
memanfaatkan lahan suboptimal harus membuka hutan baru.
seperti rawa, lahan kering, dan Tak kalah penting, Brigade
gambut agar menjadi produktif. Pangan juga bertindak sebagai unit
Hingga awal 2025, telah terbentuk cepat tanggap saat krisis. Dalam
lebih dari 1.900 brigade yang tersebar situasi bencana atau gagal panen,
Menjemput Peluang Emas Kolom
Hortikultura Indonesia
I ndonesia dikaruniai limpahan penanganan pascapanen sistem itu, sertifikasi mutu dan keamanan Oleh: Memed Gunawan oleh
modal alami yang seharusnya
logistik mahal.
pangan juga belum menjadi standar
menjadikan negeri ini sebagai
umum.
Beberapa akar persoalan utama
harus
tetapi
didukung
hortikultura
raksasa
yang harus dihadapi secara jujur
Langkah kritis menuju kebang
dunia.
saat
Thailand,
Namun
pada
dan infrastruktur. Dalam kondisi
Vietnam, dan Belanda membanjiri adalah produksi tidak konsisten kitan hortikultura tidak lepas dari pengembangan kualitas benih
dan terfragmentasi. Banyak petani
upaya meningkatkan skala usaha
dunia dengan buah, sayur, dan hortikultura skala kecil tidak mudah yang terfragmentasi ke korporatisasi. infrastuktur yang baik keuntungan
bunga berkualitas tinggi, Indonesia akses pada benih unggul, pupuk Oleh karena itu program pengem petani dari hortikultura jauh lebih
justru masih berkutat pada seimbang, atau pendampingan bangan koperasi, kemitraan besar dari tanaman konvensional
persoalan klasik: harga tinggi, teknologi. Pascapanen yang buruk, agribisnis yang menyatukan petani seperti padi dan palawija.
konsumsi rendah, mutu produksi sayur dan buah adalah komoditas kecil dalam sistem produksi bersama Hortikultura seharusnya masuk
belum konsisten dan ekspor minim. segar, tanpa rantai dingin (cold menjadi langkah yang tepat. Ini dalam Agenda Industri Kreatif dan
Lantas, apa yang salah? Dan apa chain), kemasan baik, dan distribusi akan meningkatkan efisiensi, mutu Pariwisata, Ekowisata, kuliner lokal,
langkah kritis yang harus segera cepat, kerugian pascapanen bisa seragam, dan daya tawar petani. bahkan fesyen (seperti produk
diambil? mencapai 30–40%. Ini menyumbang Infrastruktur pascapanen dan pewarna alami dari tanaman).
Pasar domestik juga besar— pada harga mahal dan limbah besar. logistik cerdas, investasi cold storage, Bangun branding “Tropical Taste
dengan lebih dari 275 juta Banyak inovasi dari kampus transportasi berpendingin, serta of Indonesia” yang menonjolkan
penduduk yang seharusnya menjadi atau lembaga penelitian yang pusat sortir dan kemasan harus keunikan rasa dan etika
konsumen tetap buah dan sayur tidak sampai ke lapangan. Padahal, diperluas hingga tingkat kecamatan produksinya. Sinergi Penelitian,
namun konsumsi sayur dan buah teknologi seperti irigasi tetes, rumah dan dukungan KUR (Kredit Usaha Pendidikan, dan Penyuluhan
masyarakat Indonesia masih di lindung, dan sensor kesegaran Rakyat) khusus untuk pascapanen menjadi sangat penting. Libatkan
bawah standar WHO: hanya sekitar bisa meningkatkan hasil drastis. menjadi sangat krusial. universitas, politeknik, dan SMK
200 gram per hari dari anjuran 400 Pasar ekspor masih minim dan Komoditas potensial seperti pertanian dalam proyek langsung
gram. Harga produk hortikultura tidak terstandar sementara negara kentang, mangga, pisang, jeruk, bersama petani. Transfer teknologi
tinggi, sering kalah di pasar ekspor pesaing sudah bermain di level cabai, bawang merah dan sayuran tidak boleh berhenti di jurnal atau
karena mutu tidak seragam, olahan, siap saji, dan bermerek. Selain tropis mempunyai keunggulan laboratorium.