Page 154 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
        P. 154
     Dalam fase pertama, kedua, ketiga, dan keempat rumusan tatanan hidup dipolakan.
                   Sehingga  dapat  digariskan  bahwa  pada  umumnya  orang  yang  berada  dalam  fase
                   pertama dan tidak boleh atau kurang tepat menuruti tatanan hidup dalam fase yang
                   kedua, ketiga, ataupun keempat.
                      Demikian  seterusnya  diantara  satu  fase  hidup  dengan  kehidupan  berikutnya.
                   Bilamana  hal  itu  terjadi  dan  diikuti  secara  tekun  maka  kerahayuan  hidup  akan
                   mudah tercapai. Bilamana dilanggar tentu yang bersangkutan akan mengalami hal
                   yang sebaliknya. Jadi untuk memudahkan menuju tujuan hidup maka agama Hindu
                   mengajarkan  dan  mencanangkan  empat  jenjang  tatanan  kehidupan  ini.  Masing-
                   masing jenjang itu, memiliki warna tersendiri dan semua jenjang itu mesti dilewati
                   hingga akhir hayat dikandung badan. Setelah itu diharapkan atma menjadi bersatu
                   dengan sumbernya yaitu Parama Atma.
                    B. Bagian-bagian Catur Asrama dan Kewajibannya
                   Renungan
                                            “Pelaksanaan Brahmacari
                                       Membawa Akibat Bagi Leluhurnya”
                      Tersebutlah seorang Brahmana yang bernama Sang Jaratkaru. Ia yang bernama
                   Jaratkaru, sangatlah takut pada kesengsaraan hidup ini. Jaratkaru adalah putra seorang
                   wiku terpilih atas ketetapan budinya. Beliau begitu rajin mengambil butir-butir padi
                   yang  tercecer  di  jalan  atau  di  sawah  lalu  dipungut  dan  dicucinya. Apabila  sudah
                   terkumpul banyak lalu ditanaknya, digunakan sebagai korban kepada para Dewa dan
                   juga untuk dihidangkan kepada para tamu. Demikianlah ketetapan budi leluhurnya
                   Jaratkaru, tidak terikat oleh cinta asmara, tidak memikirkan istri melainkan bertapa
                   sajalah yang dipentingkan.
                      Dikisahkan sekarang Sang Maha Raja Parikesit berburu kemudian dikutuk oleh
                   Bhagawan £renggi supaya digigit naga Taksaka. Pada kesempatan itulah Jaratkaru
                   bertapa. Setelah ia berhasil bertapa mahir atas segala mantra-mantra ia dibolehkan
                   memasuki segala tempat, termasuk tempat-tempat yang dikehendaki yaitu tempat
                   di antara surga dan neraka namanya Ayatanasthana. Pada tempat neraka ditemukan
                   roh  leluhurnya  sedang  terhukum  tergantung  pada  pohon  bambu  besar,  mukanya
                   tertelungkup  ke  bawah  kakinya  diikat  sedangkan  di  bawahnya  ada  jurang  yang
                   sangat  dalam,  jalan  akan  menuju  kawah  neraka.  Roh  akan  tepat  jatuh  ke  kawah
                   apabila tali gantungan itu putus. Di lain pihak seekor tikus sedang menggigit pohon
                   bambu  tersebut.  Peristiwa  ini  sangat  kritis  dan  sangat  mengerikan  bagi  para  roh
                   yang terhukum. Melihat kejadian ini Jaratkaru berlinang-linang air matanya kasihan
                   menyaksikan roh terhukum tersebut.
                      Didekatilah roh itu dan ditanya satu persatu penyebab ia sampai terhukum seperti
                   itu. Semua roh menyampaikan suatu alasan penyebabnya, seperti mencuri, irihati
                   memfitnah,  berzina  dan  lain-lain  yang  menurut  Jaratkaru  memang  pantas  pula
                                                         Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |   147





