Page 150 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 150

2)  Sūtra kedua adalah Janmādyasya yataḥ-Brahman yaitu Kesadaran Tertinggi, yang
                      merupakan asal mula, penghidup serta leburnya alam semesta ini.
                   3)  Sūtra ketiga : Sāstra Yonitvāt – Kitab Suci itu sajalah yang merupakan cara untuk
                      mencari pengetahuan yang benar.
                   4)  Sūtra  keempat : Tat Tu Samvayāt – Brahman itu diketahui hanya dari kitab suci dan
                      tidak secara bebas ditetapkan dengan cara lainnya, karena Ia merupakan sumber
                      utama dari segala naskah Vedānta.
                   5)  Sūtra kelima: Īkṣater Nā Aśabdam – Disebabkan ‘berfikir’, Prakṛti atau Pradhāna
                      bukan didasarkan pada kitab suci.
                      Sūtra  terakhir  dari  Bab  IV  adalah  Anāvṛṭṭiḥ  Śabdāt  Anāvṛṭṭiḥ  Śabdāt  –  tak  ada
                   kembali bagi roh bebas, disebabkan kitab suci menyatakan tentang akibat itu. Masing-
                   masing buku tersebut memberikan ulasan isi filsafat itu berbeda-beda. Hal ini disebabkan
                   oleh sudut pandangannya yang berbeda. Walaupun objeknya sama, tentu hasilnya akan
                   berbeda. Sama halnya dengan orang buta yang meraba gajah dari sudut yang berbeda,
                   tentu hasilnya akan berbeda pula.
                      Demikian pula halnya dengan filsafat  tentang dunia ini, ada yang memberikan ulasan
                   bahwa dunia ini maya (bayangan saja), dilain pihak menyebutkan dunia ini betul-betul
                   ada, bukan palsu sebab diciptakan oleh Tuhan dari diri-Nya sendiri. Karena perbedaan
                   pendapat ini dengan sendirinya menimbulkan suatu teka-teki, apakah dunia ini benar-
                   benar ada ataukah dunia ini betul-betul maya.
                      Hal ini menyebabkan timbulnya penafsiran yangg bermacam-macam pula. Akibat dari
                   penapsiran tersebut menghasilkan aliran-aliran filsafat Vedānta. Sūtra-sūtra atau Aphorisma
                   dari Vyāsa merupakan dasar dari filsafat Vedānta dan telah dijelaskan oleh berbagai pengulas
                   yang berbeda-beda sehingga dari ulasan-ulasan itu muncul beberapa aliran filsafat, yaitu:
                   1)  Kevala Advaita dari Śrī Ṣaṇkarācārya
                   2)  Viśiṣṭādvaita dari Śrī Rāmānujācārya
                   3)  Dvaita dari  Śrī Madhvācārya
                   4)  Bhedābedhā dari Śrī Caitanya
                   5)  Śuddha Advaita dari Śrī Vallabhācarya, dan
                   6)  Siddhānta dari Śrī Meykāṇdar.
                      Masing-masing  filsafat  tersebut  membicarakan  tentang  3  masalah  pokok  yaitu,
                   Tuhan,  alam,  dan  roh.  Dvaita,  Viśiṣṭādvaita,  dan  Advaita  adalah  tiga  aliran  utama
                   dari pemikiran metafisika, yang kesemuanya menapak jalan yang menuju kebenaran
                   terakhir, yaitu Para Brahman. Dvaita, Viśiṣṭādvaita, dan Advaita adalah tiga aliran
                   utama dari pemikiran metafisika, yang kesemuanya menapak jalan menuju kebenaran
                   terakhir, yaitu Para Brahman.
                      Mereka merupakan anak-anak tangga pada tangganya Yoga, yang sama sekali tidak
                   saling  bertentangan,  bahkan  sebaliknya  saling  memuji  satu  sama  lainnya.  Tahapan
                   ini  disusun  secara  selaras  dalam  rangakaian  pengalaman  spiritual  berjenjang,  yang
                   dimulai dengan Dvaita, Viśiṣṭādvaita, dan Advaita murni yang semuanya ini akhirnya
                   memuncak  pada  Advaita  Vedāntis  perwujudan  dari  yang  mutlak  atau  Triguṇatītā
                   Ananta Brahman transcendental.




                                                         Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |   143
   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155