Page 147 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 147

Kekuatan yang mengatur antara pelaksanaan upacara tersebut dengan pahalanya
                 disebut  apūrva.  Pelaksanaan  apūrva  memberikan  ganjaran  kepada  si  pelaksana
                 kurban, karena apūrva merupakan mata rantai atau hubungan yang diperlukan antara
                 kerja dengan hasilnya. Apūrva adalah Adṛṣṭa, yang merupakan kekuatan-kekuatan
                 yang tak terlihat yang sifatnya positif.


                 c.  Pokok-pokok ajarannya
                   Mengenai Jīva, Mīmāmsā menyatakan bahwa jiwa itu banyak dan tak terhingga,
                 bersifat  kekal,  ada  di  mana-mana  dan  meliputi  segala  sesuatu.  Karena  adanya
                 hubungan  antara  jiwa  dengan  benda,  maka  jiwa  mengalami  avidyā  dan  kena
                 Karmavesana. Jaimini tidak mempercayai adanya Mokṣa dan hanya mempercayai
                 keberadaan Svarga (surga), yang dapat dicapai melalui karma atau kurban.
                   Para penulis yang belakangan hadir seperti Prabhakāra dan Kumārila, tak dapat
                 menyangkal tentang masalah pembebasan akhir, karena ia menarik perhatian para
                 pemikir  filsafat  lainnya.  Prabhakāra  menyatakan  bahwa  penghentian  mutlak  dari
                 badan yang disebabkan hilangnya Dharma dan A-Dharma secara total, yang kerjanya
                 disebabkan oleh kelahiran kembali, merupakan kelepasan atau pembebasan mutlak,
                 karena  hanya  dengan  Karma  saja  tak  akan  dapat  mencapai  pembebasan  akhir.
                 Pandangan Kumārila mendekati pandangan dari Advaita Vedānta yang menetapkan
                 bahwa Veda disusun oleh Tuhan dan merupakan Brahman dalam wujud suara. Mokṣa
                 adalah keadaan yang positif baginya, yang merupakan realisasi dari Ātman.
                   Menurut  Jaimini,  pelaksanaan  kegiatan  yang  dilarang  oleh  kitab  suci  Veda
                 merupakan sādhanā atau cara pencapaian surga. Karma Kāṇḍa merupakan pokok
                 dari Veda  yang menjadi penyebab belenggu adalah pelaksanaan dari kegiatan yang
                 dilarang (nisiddha karma). Sang Diri adalah jaḍa cetana, gabungan dari kecerdasan
                 tanpa perasaan. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa isi pokok ajaran Jaimini
                 adalah “Laksanakanlah upacara kurban dan nikmati hasilnya di Surga”.
                   Dalam  sistem  Mīmāmsā  dikenal  dua  jenis  pengetahuan  yaitu,  immediate  dan
                 mediate. Immediate adalah pengetahuan yang terjadi secara tiba-tiba, langsung dan tak
                 terpisahkan. Sedangkan mediate ialah pengetahuan yang diperoleh melalui perantara.
                 Objek dari pengetahuan immediate haruslah sesuatu yang ada atau zat. Pengetahuan
                 yang datangnya tiba-tiba dan tidak dapat ditentukan terlebih dahulu disebut nirvikalpa
                 pratyakṣa atau alocāna-jñana. Dari pengetahuan immediate objeknya dapat dilihat
                 tetapi tidak dapat dimengerti. Objek dari pengetahuan mediate juga sesuatu yang ada
                 dan dapat diinterprestasikan dengan baik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
                 Dalam pengetahuan mediate objeknya dapat dimengerti dengan benar, pengetahuan
                 semacam ini dinamakan savikalpa Pratyakṣa.
                   Mīmāmsā Sūtra, yang terdiri atas 12 buku atau bab Mahāṛṣi Jaimini merupakan
                 dasar  filsafat  Mīmāmsā,  sedangkan  ulasan-ulasan  lain  selain  Prabhakāra  dan
                 Kumārila,  juga  dari  penulis  lain  seperti  dari  Bhava-nātha  Miśra,  Śabarasvāmīn,
                 Nilakaṇṭha, Raghavānanda dan lain-lainnya. Prabhakāra menyatkan bahwa sumber
                 pengetahuan kebenaran (pramāṇa) menurut Mīmāmsā adalah sebagai berikut:




                 140  | Kelas X SMA/SMK
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152