Page 149 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
        P. 149
     uraian  yang  sistimatis.  Usaha  pertama  untuk  menyusun  ajaran    Upaniṣad  secara
                 sistimatis  diusahakan  oleh  Śṛi  VyāṢaḍeva,  kira-kira  400  SM.  Hasil  karyanya
                 disebut dengan Vedānta-Sūtra atau Brahma- Sūtra yang menjelaskan ajaran-ajaran
                 Brahman. Brahma- Sūtra juga dikenal dengan Śarīraka Sūtra, karena ia mengandung
                 pengejawantahan  dari  Nirguṇa  Brahman  Tertinggi  dan  juga  merupakan  salah
                 satu dari tiga buah buku yang berwewenang tentang Hinduisme, yaitu Prasthāna
                 Traya,  sedang  dua  buku  lainnya  adalah  Upaniṣad  dan  Bhagavad  Gītā.  Śṛi  Vyāsa
                 telah mensistematisir prinsip-prinsip dari Vedānta dan menghilangkan kontradiksi-
                 kontradiksi yang nyata dalam ajaran-ajaran tersebut.
                 b.  Sifat Ajarannya
                   Sistem filsafat Vedānta juga disebut Uttara Mīmāmsā kata ‘Vedānta’ berarti akhir
                 dari  Veda.  Sumber  ajarannya  adalah  kitab  Upaniṣad.  Oleh  karena  kitab  Vedānta
                 bersumber  pada  kitab-kitab    Upaniṣad,  Brahma  Sūtra  dan  Bhagavad  Gītā,  maka
                 sifat ajarannya adalah absolutisme dan teisme. Absolutisme maksudnya adalah aliran
                 yang meyakini bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah mutlak dan tidak berpribadi
                 (impersonal God),sedangkan teisme mengajarkan Tuhan yang berpribadi (personal
                 God). Uttara-Mīmāmsā atau filsafat Vedānta dari Bādarāyaṇa atau Vyāsa ditempatkan
                 sebagai  terakhir  dari  enam  filsafat  orthodox,  tetapi  sesungguhnya  ia  menempati
                 urutan pertama dalam kepustakaan Hindu.
                 c.  Pokok- Pokok Ajaran Vedānta
                   Vedānta mengajarkan bahwa nirvāna dapat dicapai dalam kehidupan sekarang
                 ini, tak perlu menunggu setelah mati untuk mencapainya. Nirvāna adalah kesadaran
                 terhadap diri sejati. Dan  sekali mengetahui hal itu, walau sekejap, maka seseorang
                 tak akan pernah lagi dapat diberdaya oleh  kabut individualitas. Terdapat dua tahap
                 pembedaan dalam kehidupan, yaitu yang pertama, bahwa orang yang mengetahui
                 diri sejatinya tak akan dipengaruhi oleh hal apapun. Yang kedua bahwa hanya dia
                 sendirilah yang dapat melakukan kebaikan pada dunia
                   Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa filsafat Vedānta bersumber dari Upaniṣad.
                 Brahma Sūtra atau Vedānta  Sūtra dan Bhagavad Gītā. Brahma Sūtra mengandung 556
                 buah Sūtra, yang dikelompokkan atas 4 bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sādhāna, dan
                 Phala. Pada Bab I, pernyataan tentang sifat Brahman dan hubungannya dengan alam
                 semesta serta roh pribadi. Pada Bab II, teori-teori Sāṁkya, Yoga, Vaiśeṣika dan sebagainya
                 yang  merupakan  saingannya  dikritik,  dan  jawaban  yang  sesuai  diberikan  terhadap
                 lontaran pandangan ini. Pada Bab III, dibicarakan tentang pencapaian Brahmavidyā.
                 Pada Bab IV, terdapat uraian tentang buah (hasil) dari pencapaian Brahmavidyā dan juga
                 uraian tentang bagaimana roh pribadi mencapai Brahman melalui Devayana. Setiap
                 bab memiliki 4 bagian (Pāda). Sūtra-sūtra pada masing-masing bagian membentuk
                 Adikaraṇa  atau  topik-topik  pembicaraan.  Lima  Sūtra  pertama  sangat  penting  untuk
                 diketahui karena berisi intisari ajaran Brahma Sūtra, yaitu:
                 1)  Sūtra pertama berbunyi : Athāto Brahmajijñāsā – oleh karena itu sekarang, penyelidikan
                   ke dalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan objek dari keseluruhan sistem
                   dalam satu kata, yaitu  Brahma-jijñāsā yaitu keinginan untuk mengetahui Brahman.
                 142 | Kelas X SMA/SMK





