Page 146 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 146
5. Mīmāmsā Darśana
a. Pendiri dan Sumber Ajarannya
Pūrva Mīmāmsā atau Karma Mīmāmsā atau yang lebih dikenal dengan Mīmāmsā,
adalah penyelidikian ke dalam bagian yang lebih awal dari kitab suci Veda; suatu
pencarian ke dalam ritual-ritual Veda atau bagian Veda yang berurusan dengan
masalah Mantra dan Brāhmana saja disebut Pūrva Mīmāmsā karena ia lebih awal
daripada Uttara Mīmāmsā (Vedānta), dalam pengertian logika, dan tidak demikian
banyak dalam pengertian kronologis.
Mīmāmsā sebenarnya bukanlah cabang dari suatu sistem filsafat, tetapi lebih tepat
kalau disebutkan sebagai suatu sistem penafsiran Veda dimana diskusi filosofisnya
sama dengan semacam ulasan kritis pada Brāhmana atau bagian ritual dari Veda, yang
menafsirkan kitab Veda dalam pengertian berdasarkan arti yang sebenarnya. Sebagai
filsafat Mīmāmsā mencoba menegakkan keyakinan keagamaan Veda. Kesetiaan atau
kejujuran yang mendasari keyakinan keagamaan Veda terdiri atas bermacam-macam
unsur, yaitu :
1) Percaya dengan adanya roh yang menyelamatkan dari kematian dan mengamati
hasil dari ritual di surga.
2) Percaya tentang adanya kekuatan atau potensi yang melestarikan dampak dari
ritual yang dilaksanakan.
3) Percaya bahwa dunia adalah suatu kenyataan dan semua tindakan yang kita
lakukan dalam hidup ini bukanlah suatu bentuk illusi.
Tokoh pendiri dari sistem filsafat Mīmāmsā adalah Mahāṛṣi Jaimini yang
merupakan murid dari Mahāṛṣi Vyāsa telah mensistematir aturan-aturan dari Mīmāmsā
dan menetapkan keabsahannya dalam karyanya itu dimana aturan-aturannya sangat
penting guna menafsirkan hukum-hukum Hindu. Beliau menulis kitab Mīmāmsā Sūtra
yang menjadi sumber ajaran pokok Mīmāmsā. Sūtra pertama dari Mīmāmsā Sūtra
berbunyi: Athato Dharmajijñasa, yang menyatakan keseluruhan dari sistemnya yaitu,
suatu keinginan utnuk mengetahui Dharma atau kewajiban, yang tekandung dalam
pelaksanaan upacara-upacara dan kurban-kurban yang diuraikan oleh kitab Veda.
Dharma yang diperintahkan Kitab Veda, dikenal dengan Śruti yang pelaksanaannya
memberi kebahagiaan. Seorang Hindu harus melaksanakan nitya karma seperti
saṅdhyā-vandana. Serta naimitika karma selama ada kesempatan, untuk mendapatkan
pembebasan, yang dapat dikatakan sebagai kewajiban tanpa syarat.
b. Sifat Ajarannya
Ajaran Mīmāmsā bersifat pluralistis dan realistis yang mengakui jiwa yang jamak
dan alam semesta yang nyata serta berbeda dengan jiwa. Karena sangat mengagungkan
Veda, maka Mīmāmsā menganggap Veda itu bersifat kekal dan tanpa penyusun, baik
oleh manusia maupun oleh Tuhan. Apa yang diajarkan oleh Veda dipandang sebagai
suatu kebenaran yang mutlak. Menurut filsafat Mīmāmsā, pelaksanaan upacara
keagamaan adalah semata-mata perintah dari Veda dan merupakan suatu kewajiban
yang mendatangkan pahala.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | 139

