Page 33 - Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas X
P. 33

2.  Kumbhakarṇa, adik kandung Rāvaṇa. Rakshasa yang tidur selama enam bulan dan
                   bangun selama enam bulan karena anugerah Brahma.
                 3.  Vibhīsaṇa, adik kandung Rāvaṇa. Penasihat di Kerajaan Alengka.
                 4.  Kara,  adik  tiri  Rāvaṇa.  Raja  dan  pelindung  perbatasan Alengka  yang  bernama
                   Janasthan atau Yanasthana di Chitrakuta.
                 5.  Dusana, adik tiri Rāvaṇa. Patih di Yanasthana.
                 6.  Ahirāvaṇa, adik tiri Rāvaṇa. Raja di Patala.
                 7.  Kumbini, adik tiri Rāvaṇa. Istri rakshasa Madhu, ibu dari Lawanasura.
                 8.  Surpanaka, adik kandung Rāvaṇa. Rakshasi yang tinggal di Yanasthana, dilukai
                   oleh Lakṣmana. Ia mengadu kepada Kara dan Rāvaṇa, dan merupakan biang keladi
                   yang menyebabkan permusuhan antara Rāmā dan Rāvaṇa.
                   Kembali lagi pada cerita Daśaratha yang sudah tua dan ingin mengangkat Rāmā
                 sebagai raja. Dengan segera ia melakukan persiapan untuk upacara penobatan Rāmā,
                 sementara Bharata menginap di rumah pamannya yang jauh dari Ayodhyā. Mendengar
                 Rāmā akan dinobatkan sebagai raja, Mantara menghasut Kaikeyī agar menobatkan
                 Bharata sebagai raja. Kaikeyī yang semula hanya diam, tiba-tiba menjadi ambisius untuk
                 mengangkat anaknya sebagai raja. Kemudian ia meminta agar Daśaratha menobatkan
                 Bharata sebagai raja. Ia juga meminta agar Rāmā dibuang ke tengah hutan selama 14
                 tahun. Daśaratha pun terkejut dan menjadi sedih, namun ia tidak bisa menolak karena
                 terikat dengan janji Kaikeyī. Dengan berat hati, Daśaratha menobatkan Bharata sebagai
                 raja dan menyuruh Rāmā agar meninggalkan Ayodhyā.
                   Sītā  dan  Lakṣmana  yang  setia  turut  mendampingi  Rāmā.  Sebagai  putra  yang
                 berbakti, Rāmā pun menjalani keputusan itu dengan ikhlas. Sītā yang setia mengikuti
                 perjalanan Rāmā, begitu pula adik Rāmā yang lahir dari ibu lain, yaitu Lakṣmana.
                 Ketiganya meninggalkan istana Ayodhyā untuk memulai hidup di dalam hutan.
                   Di tengah hutan Dandaka, Rāmā mendirikan sebuah pondok kayu. Di dalam hutan
                 belantara dan pegunungan, Rāmā, Sītā, dan Lakṣmana banyak bergaul dengan para
                 pendeta dan brahmana sehingga menambah ilmu pengetahuan dan kepandaian mereka.
                 Setiap hari Rāmā berburu binatang untuk persediaan makanan, sementara Lakṣamaṇa
                 mencari buah-buahan. Sītā selain menyiapkan makanan, juga mencari kembang untuk
                 keperluan upacara pemujaan. Rāmā amat gemar berburu rusa. Pulang dari perburuan,
                 rusa  itu  disembelih  lalu  dagingnya  diiris-iris  dan  dijemur  agar  kering.  Sītā  selalu
                 menjaga daging rusa yang sedang dijemur itu. Tapi burung-burung gagak senantiasa
                 mencium baunya. Beramai-ramai mereka menyambar jemuran daging itu hingga habis.
                   Pada suatu hari Rāmā tidak pergi berburu karena dia ingin tahu binatang apakah
                 yang  selalu  mencuri  dan  menghabiskan  jemuran  dagingnya.  Diapun  mengintai.
                 Ternyata  burung-burung  gagaklah  yang  mencurinya.  Sambil  berlindung  Rāmā
                 membidik  burung-burung  pencuri  itu  dengan  panah.  Satu  persatu  burung-burung
                 pencuri itu terkena anak panah dan tubuhnya jatuh berserakan. Sejak itu jemuran
                 daging Sītā tak ada lagi yang mencuri.






                 26   | Kelas X SMA/SMK
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38