Page 47 - Teori dan Isu Pembangunan_Neat
P. 47
MAPU5102/MODUL 1 1.47
1. Alam Pikiran Mistis
Dunia mistis meliputi alam kebudayaan primitif di mana manusia hidup
secara dekat dan berdampingan dengan alam yang masih murni atau belum
tersentuh oleh ekses-ekses peradaban modern. Gambaran dunia mistis diambil
dengan mendeskripsikan dunia primitif. Dalam deskripsi ini dunia primitif
bukan merupakan potret ketertinggalan, melainkan merupakan gambaran
sebagai kontras dengan dunia yang dipengaruhi oleh ekses-ekses modernitas.
Alam berpikir mistis dilandasi oleh cara berpikir sederhana, karena masyarakat
masih belum mengenal masalah-masalah yang kompleks sebagaimana yang
dihadapi manusia modern. Dunia mistis penuh dengan kekuatan-kekuatan gaib
dan sangat diliputi rahasia.
Gambaran kesederhanaan tersebut sirna manakala kita mendalami struktur
dan norma sosial yang ada pada masyarakat primitif. Pada masyarakat primitif
juga terdapat aturan-aturan yang ketat, misalnya mengenai perjodohan atau
musim berburu. Masyarakat primitif pun diombang-ambingkan oleh konflik
yang sangat hebat yang menyebabkan beberapa warga suku dikucilkan dan
dibunuh. Peperangan antarsuku, bencana alam, musim kering atau banjir, gejala
vulkanologi dan lain-lain merupakan ancaman yang hebat bagi suku-suku
primitif. Untuk menjelaskan kesemua itu maka terbangunlah “mitos”. Mitos
bukan hanya merupakan dongeng ajaib, tetapi lebih sebagai pedoman
bagaimana kehidupan dijalankan. Mitos sebagai pangkal tolak dalam alam
berpikir mistis merupakan strategi pertahanan hidup dari suku primitif. Mitos
tidak selalu bermakna magis atau merupakan manifestasi dari kekuatan-
kekuatan demonis. Mitos lebih berfungsi sebagai penabah hati manakala
bencana dan berbagai kesukaran melanda masyarakat ini.
Mitos pada masyarakat primitif yang sederhana merupakan kebudayaan
yang menyangkut cara pemanfaatan barang, mengatur hubungan manusia
dengan alam, hingga cara menyusun strategi. Secara definitif, mitos ialah cerita
yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita
itu dapat dituturkan, tetapi juga dapat diungkapkan lewat tari-tarian atau
perangkat seni lainnya. Inti cerita biasanya berupa perlambang, misalnya
perlambang tentang kebaikan-keburukan, akhirat, hidup dan kematian,
perkawinan, penyucian dan kesuburan. Mitos memberikan arah kepada kelakuan
manusia, yaitu menjadi semacam pedoman untuk mengambil peran dalam
kejadian-kejadian sekitarnya dan menanggapi daya-daya kekuatan alam. Dalam
alam berpikir ini, manusia dan alam tidak terpisahkan oleh pembatas antara
subjek dan objek. Artinya manusia menyatu dengan alam.